Bisnis.com, JAKARTA – Bank pembangunan daerah (BPD) mencatatkan penurunan laba bersih pada awal tahun ini atau kuartal I/2023. Meski begitu, kinerja penyaluran kredit bank daerah ini tetap moncer.
Berdasarkan laporan Statistik Perbankan Otoritas Jasa Keuangan (OJK), sebanyak 27 BPD di Indonesia per Maret 2023 telah meraup laba bersih Rp3,46 triliun. Angka tersebut susut 16,22 persen secara tahunan (year on year/yoy) dibandingkan perolehan laba bersih pada periode yang sama tahun sebelumnya Rp4,13 triliun.
Penyusutan laba bersih itu didorong oleh penurunan pendapatan bunga bersih (net interest income/NII) 1,85 persen yoy menjadi Rp11,65 triliun per Maret 2023.
Meski begitu, bank daerah mampu meningkatkan penyaluran kredit 10,45 persen yoy pada Maret 2023 menjadi Rp577,86 triliun. Aset bank daerah pun naik 4,38 persen yoy menjadi Rp918,6 triliun.
BPD juga mampu mendulang dana pihak ketiga (DPK) Rp725,94 triliun, tumbuh tipis 2,93 persen yoy.
Penurunan laba bersih bank daerah pada awal tahun ini terekam dari kinerja tiga BPD raksasa yakni PT Bank Pembangunan Daerah Jawa Barat dan Banten Tbk. (BJBR), PT Bank Pembangunan Daerah Jawa Timur Tbk. (BJTM), dan PT Bank Pembangunan Daerah Jawa Tengah atau Bank Jateng.
Bank BJB mencatatkan penyusutan laba bersih 37 persen yoy menjadi Rp Rp357,78 miliar pada kuartal I/2023. Bank Jatim mencatatkan penurunan laba bersih 32,71 persen yoy menjadi Rp305,21 miliar pada kuartal I/2023.
Lalu, laba Bank Jateng turun 17,88 persen yoy menjadi Rp385,16 miliar pada kuartal I/2023.
Bank BJB, Bank Jatim, dan Bank Jateng merupakan bank daerah raksasa atau terbesar di Indonesia berdasarkan nilai aset. Bank BJB mempunyai aset Rp175,86 triliun, Bank Jatim Rp96,61 triliun, dan Bank Jateng Rp85,83 triliun pada kuartal I/2023.
Sekretaris Jenderal (Sekjen) Asosiasi Bank Pembangunan Daerah (Asbanda) yang juga merupakan Direktur Utama Bank BJB Yuddy Renaldi mengatakan salah satu faktor yang memengaruhi kinerja keuangan perbankan termasuk bank daerah pada awal tahun ini adalah tren peningkatan suku bunga acuan Bank Indonesia (BI).
Faktor suku bunga acuan yang sudah naik 225 basis poin (bps) sejak pertengahan 2022 memengaruhi kinerja perbankan, salah satunya biaya dana atau cost of fund. Hal ini kemudian memengaruhi raihan pendapatan bunga bersih bank.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel