Bos BI: China dan Negara Berkembang Selamatkan Ekonomi Global

Bisnis.com,05 Jun 2023, 11:41 WIB
Penulis: Feni Freycinetia Fitriani
Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo memberikan keterangan dalam acara pengumuman Hasil Rapat Dewan Gubernur Bulanan Bulan Mei 2023./ Youtube Bank Indonesia.

Bisnis.com, JAKARTA - Gubernur Bank Indonesia (BI) Perry Warjiyo mengatakan pertumbuhan ekonomi di negara berkembang, termasuk China, telah mendongkrak perekonomian ekonomi global.

Berdasarkan asesmen Bank Indonesia, pertumbuhan ekonomi global akan lebih baik dibanding proyeksi, yaitu 2,7 persen pada 2023 dan 2,8 persen pada 2024.

“Terutama, pertumbuhan ekonomi global ini ditopang oleh ekonomi negara berkembang yang diperkirakan akan lebih baik,” ujar Perry saat rapat kerja dengan Komisi XI DPR RI, Senin (5/6/2023).

Menurutnya, pertumbuhan ekonomi China tumbuh lebih tinggi pada tahun ini. Hal tersebut sejalan dengan pembukaan ekonomi pasca Covid-19.

Pertumbuhan ekonomi China, kata Perry, mendorong permintaan domestik dan kenaikan ekspor negara tersebut. Selain China, dia mencatat pertumbuhan ekonomi di India juga lebih baik seiring dengan permintaan domestik yang semakin kuat.

“Sementara itu, pertumbuhan ekonomi di Asean 5 diprediksi lebih baik, yaitu 5,1 tahun ini dan 5,5 persen tahun depan,” ucapnya.

Namun, Perry mengatakan ekonomi di negara maju pada tahun ini memang cukup rendah, yaitu rata-rata hanya 1,1 persen. Dia memaparkan pertumbuhan ekonomi di AS 0,9 pada 2023 dan 1,2 persen di Eropa.

Bahkan, Perry mengatakan resesi di negara maju, yaitu AS dan Uni Eropa, tersebut masih berlangsung sepanjang tahun ini. 

“Tapi, kami yakin kondisinya  akan membaik untuk tahun depan,” ungkapnya.

Secara keseluruhan, BI memprediksi pertumbuhan ekonomi global mencapai 2,7 persen pada tahun ini dan 2,8 persen pada tahun depan.

Jika dilihat inflas global secara keseluruhan, penurunan inflasi di negara-negara berkembang yang lebih cepat. Sementara itu, penurunan inflasi di negara maju lebih lambat, faktor supply termasuk keketatan pasar tenaga kerja.

“di AS kebijakan suku bunga moneter lebih lama atau higher for longer, di ngara berkembang ada potensi penurunan suku bunga,” kata Perry.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Simak berita lainnya seputar topik di bawah ini:
Editor: Feni Freycinetia Fitriani
Terkini