Sinyal The Fed Tahan Suku Bunga pada Juni Bawa Rupiah Menguat

Bisnis.com,05 Jun 2023, 19:59 WIB
Penulis: Mutiara Nabila
Petugas kasir Bank Indonesia (BI) melayani penukaran uang layak edar dalam program Ekspedisi Rupiah Berdaulat 2023 di Kecamatan Tomia, Kabupaten Wakatobi, Sulawesi Tenggara, Senin (8/5/2023). Layanan ini dikhususkan bagi masyarakat yang berada di wilayah Terdepan, Terluar, dan Terpencil (3T). JIBI/Dionisius Damara

Bisnis.com, JAKARTA - Nilai tukar rupiah bergerak di zona hijau sepanjang perdagangan Senin (5/6/2023) di tengah sinyal hawkish yang diberikan Federal Reserve AS yang di perkirakan akan menahan kenaikan suku bunga pada Juni 2023.

Macro Equity Strategist Samuel Sekuritas Indonesia Lionel Priyadi memaparkan bahwa saat ini pelaku pasar global tengah melakukan pemindahan portofolio obligasi dari pasar negara-negara maju ke pasar negara-negara berkembang setelah rilis data pasar tenaga kerja Amerika Serikat pada Mei yang mengindikasikan penundaan kenaikan suku bunga pada Juni dan Juli. 

Hal ini tercermin dari turunnya indeks S&P untuk obligasi negara-negara maju sebesar turun 0,3 persen bersamaan dengan naiknya indeks EMBI sebesar 0,4 persen pada Jumat lalu (2/6/2023). Begitu pun dengan tingkat pengangguran AS pada Mei naik melebihi ekspektasi menjadi 3,7 persen yoy, dari April naik 3,4 persen yoy dan perkiraan analis pada Mei hanya tumbuh 3,5 persen yoy.

"Sementara itu, tingkat partisipasi angkatan kerja bertahan di 62,6 persen yoy. Hal ini mengindikasikan tingkat permintaan di pasar tenaga kerja Amerika Serikat mulai melemah pada bulan Mei di tengah tingkat suplai yang stabil," jelasnya dalam riset harian, Senin (5/6/2023).

Namun, data non-farm payrolls yang diolah berdasarkan survei kepada pemberi kerja menunjukkan ekspansi pasar tenaga kerja AS yang masih berlanjut, tercermin dari kenaikan menjadi 339.000, dari perkiraan analis sebanyak 180.000 dan dari April 294.000.

Akibatnya, prediksi pasar terhadap proyeksi suku bunga Fed bulan ini bergeser menjadi rate pause dengan suara 77 persen. Adapun, pasar tetap memproyeksikan tetap akan ada kenaikan suku bunga puncak yang akan dilakukan The Fed sebesar 25 bps menjadi 5,5 persen pada Juli mendatang.

Di dalam negeri, optimisme investor terhadap prospek perekonomian Indonesia tetap kokoh, yang ditandai dengan naiknya selisih yield antara INDOGB 10 tahun vs 2 tahun menjadi 72 bps pada Rabu (31/5/2023), dari 61 bps pada Selasa lalu (30/5/2023).

"Kami memprediksi yield INDOGB 10-tahun akan terkonsolidasi di rentang 6,3-6,4 persen hari ini, yang diikuti apresiasi rupiah ke rentang Rp14.850- Rp14.950 per dolar AS," ujar Lionel.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Simak berita lainnya seputar topik di bawah ini:
Editor: Pandu Gumilar
Terkini