Layanan Baru Jadi Senjata Indo Premier Gaet Investor Ritel

Bisnis.com,08 Jun 2023, 18:24 WIB
Penulis: Artha Adventy
Dirut IndoPremier Sekuritas Moleonoto The (dari kiri ke kanan), bersama Dirut Bank Permata Ridha DM. Wirakusumah, Deputi Direktur Pengembangan TLE dan Manajemen Krisis Pasar Modal OJK Arif Safarudin, Dirut BEI Inarno Djayadi, Dirut KSEI Friderica Widyasari Dewi, Dirut KPEI Sunandar berfoto bersama usai peresmian layanan Digitalisasi Pembukaan Rekening Efek dan Rekening Dana Nasabah IndoPremier Sekuritas dan Bank Permata, Selasa (23/10/2018)./Bisnis/Emanuel B. Caesario

Bisnis.com, JAKARTA – Indo Premier Sekuritas mengklaim pertumbuhan kenaikan transaksi sepanjang 2022 menjadi 19 persen dibandingkan dengan tahun sebelumnya dengan 178.000 rekening baru di IPOT. Salah satu strategi mendongkrak angka itu adalah peluncuran layanan Trading Simulator dan IPOT Buzz.

Direktur Utama Indo Premier Sekuritas Moleonto mengatakan data 2022 menyebutkan dari seluruh total investor saham sebesar 4 juta, 25 persen atau sekitar 1,1 juta merupakan nasabah Indo Premier. Sepanjang 2022, Moleonto mengatakan 178.000 investor baru masuk ke IPOT. 

“Seiring dengan pertumbuhan investor baru di Ipot pada tahun lalu, rata-rata transkaski nasabah naik 19 persen per 2022,” katanya dalam konferensi pers peluncuran IPOT Buzz dan Trading Simulator, Kamis (8/6/2023). 

Meski demikian, Dia tidak merincikan target pertumbuhan nasabah maupun transaksi IPOT hingga akhir tahun 2023. Hal itu disebabkan karena untuk menarik minat investor khususnya ritel harus sabar dan mempersiapkan calon investor dengan pengetahuan.

“Cukup happy dengan bertumbuh saat ini, harus sabar jika mau menarik minat investor,” jelasnya.

Salah satu strategi menarik minat calon investor yang digunakan IPOT adalah meluncurkan aplikasi IPOT Buzz dan Trading Simulator di mana pengguna aplikasi tidak harus menjadi nasabah Indo Premier terlebih dahulu. 

"Kami ingin membawa teknologi yang memudahkan masyarakat luas mengakses produk investasi saham. Sebenarnya misi kami sangat sederhana yaitu ingin mendemokratisasi investasi," katanya. 

Sementara itu, data Bursa Efek Indonesia (BEI) menunjukkan pada April 2023, jumlah nilai transaksi IPOT tercatat sebesar Rp11,82 triliun. Angka ini anjlok 88,77 persen jika dibandingkan dengan April tahun sebelumnya yang tercatat sebesar Rp105,30 triliun. 

Secara bulanan, nilai transaksi IPOT juga mengalami penurunan sebesar 52,90 persen dari periode Maret 2023 yang tercatat sebesar Rp18,08 miliar. Perolehan jumlah nilai transaksi April ini merupakan nilai transaksi terkecil sepanjang 2023 di mana pada Januari tercatat nilai transaksi Rp14,31 triliun, Februari tercatat sebesar Rp14,57 triliun, dan Maret sebesar Rp18,08 triliun. 

Sementara itu, Moleonto mengaku saat ini IPOT lebih banyak menjadi underlying penerbitan obligasi korporasi dibandingkan dengan underlying calon emiten yang akan melakukan Initial Public Offering (IPO). 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Simak berita lainnya seputar topik di bawah ini:
Editor: Pandu Gumilar
Terkini