Bisnis.com, JAKARTA - PT Bank Syariah Indonesia Tbk. atau BSI (BRIS) direncanakan akan kedatangan investor strategis baru dari luar negeri untuk menggantikan kepemilikan PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk. (BBRI) dan PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk. (BBNI).
Rencana itu disampaikan oleh Wakil Menteri BUMN II Kartika Wirjoatmodjo pada Februari 2023 lalu. Rencana itu juga merupakan upaya agar kepemilikan saham publik atau free float di BSI terus bertambah.
Seiring dengan bertambahnya porsi saham publik, kepemilikan BRI dan BNI di BSI akan hilang. Sementara, porsi saham PT Bank Mandiri (Persero) Tbk. (BMRI) di BSI tetap bertahan. Bank Mandiri pun akan tetap menjadi pemegang saham pengendali dan pemerintah akan tetap memegang saham dwiwarna di BSI.
Kemudian, porsi kepemilikan BRI dan BNI di BSI nantinya akan digantikan investor strategis. Menteri BUMN Erick Tohir juga dikabarkan telah mencari investor strategis dari Arab Saudi untuk menggantikan posisi dua bank BUMN itu di BSI.
Saat ini, BSI masih dikuasai oleh Bank Mandiri sebagai pemegang saham pengendali dengan porsi kepemilikan 51,47 persen. Kemudian, BNI mempunyai 23,24 persen kepemilikan di BSI dan BRI mempunyai 15,38 persen. Selain itu, terdapat 9,91 persen saham publik.
Head of Investor Relations Bank Mandiri Laurensius Teiseran mengatakan Bank Mandiri selaku pemegang saham pengendali masih memposisikan BSI sebagai pasar yang profitable. "Kita assestment segala poin yang mampu mendukung BSI ke depannya," ujarnya dalam diskusi virtual pada Rabu (14/6/2023).
Dia mengatakan terkait perkembangan terbaru penjajakan investor strategis baru di BSI, assestment sedang dilakukan. "Namun, belum ada keputusan bulat dan final," ujar Laurensius.
Sebelumnya, Direktur Utama BSI Hery Gunardi mengatakan investor luar negeri memang mempunyai minat yang tinggi terhadap potensi bisnis perseroan. "Tinggal kita bagaimana mendorong supaya daya tariknya lebih cepat,” ujar Hery yang juga menjabat sebagai Ketua Umum Asosiasi Bank Syariah Indonesia (Asbisindo).
Hery mengatakan para investor luar secara umum mengapresiasi kinerja BSI. Namun, satu yang menjadi kendala perseroan adalah kecilnya free float atau saham publik di dalam BSI.
“Sayangnya adalah free float BSI masih kecil. Mereka [investor] selalu bilang [saham] kamu tidak punya likuiditas, that’s true saya bilang. Itulah gunanya kami pergi menjelaskan bahwa suatu saat kita divestasi, investornya kita sudah tahu siapa yang akan beli saham BSI,” kata Hery.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel