Bisnis.com, JAKARTA — Kinerja laba bersih dua bank swasta terbesar di Indonesia yakni PT Bank Central Asia Tbk. (BBCA) dan PT Bank CIMB Niaga Tbk. (BNGA) pada April 2023 tercatat moncer terdorong oleh solidnya margin bunga bersih (net interest margin/NIM).
Berdasarkan riset Ciptadana Sekuritas, kedua bank swasta itu mencatatkan pertumbuhan laba paling pesat dibandingkan bank-bank berpelat merah atau bank BUMN. BBCA meraup laba bersih Rp15,42 triliun dalam empat bulan pertama tahun ini, tumbuh 34,4 persen secara tahunan (year on year/yoy).
Per April 2023 saja, laba BBCA tercatat sebesar Rp4,4 triliun, tumbuh 54,8 persen dibandingkan laba per Maret 2023 atau secara bulanan (month-on-month/MoM).
Sementara itu, BNGA meraup laba bersih Rp2,06 triliun dalam empat bulan pertama tahun ini, naik 38,5 persen yoy. Per April 2023 saja, laba bersih BNGA naik 24,2 persen MoM jadi Rp590 miliar.
Kondisi kinerja laba BBCA dan BNGA berbeda dengan bank-bank BUMN. PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk. (BBRI) misalnya mencatatkan penyusutan laba bersih 40,1 persen MoM per April 2023.
Kemudian, PT Bank Mandiri (Persero) Tbk. (BMRI) mencatatkan penurunan laba bersih secara bulanan khusus April 2023 sebesar 3,6 persen. Lalu, laba bersih PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk. (BBNI) turun 21,6 persen secara bulanan per April 2023. Bahkan, laba bersih BBTN anjlok 49,8 persen secara bulanan.
Analis Ciptadana Sekuritas Eni Marsella Siahaan dalam risetnya itu menyebutkan kinerja laba bank swasta itu lebih moncer dibandingkan bank BUMN karena faktor margin bunga bersih atau NIM.
"Kekuatan di BBCA dan BNGA sebagian besar didorong oleh NIM yang solid," katanya dalam riset dikutip Bisnis pada Rabu (14/6/2023).
Margin bunga bersih BBCA per April 2023 mencapai level 6,5 persen naik 100 basis poin (bps). Sementara, BNGA mencatatkan NIM yang stabil di level 5 persen per April 2023.
Berbeda dengan NIM BBRI yang turun 30 bps ke level 7,6 persen per April 2023 dan NIM BBTN turun 100 bps ke level 3,6 persen.
Turunnya NIM bank tahun ini terjadi seiring dengan tren kenaikan suku bunga acuan Bank Indonesia (BI) 225 bps sejak pertengahan tahun lalu ke level 5,75 persen.
Meski begitu, Eni menilai NIM perbankan terutama BBRI dan BBTN akan terdongkrak sejalan dengan proyeksi penurunan suku bunga acuan BI akhir tahun ini.
Suku bunga acuan BI yang rendah mampu menjaga NIM tetap solid. "Dengan menurunnya suku bunga, penerima manfaatnya adalah BBRI dan BBTN," ujar Eni.
Sebagaimana diketahui, suku bunga acuan BI juga diperkirakan akan mengalami tren penurunan pada akhir 2023. Chief Economist Citi Indonesia Helmi Arman memproyeksikan tren penurunan suku bunga acuan BI itu akan terjadi secara bertahap sebanyak tiga kali pada semester II/2023 dengan masing-masing penurunan sebesar 25 bps.
Salah satu faktor yang mempengaruhi tren penurunan suku bunga acuan BI adalah proyeksi terhentinya tren kenaikan suku bunga acuan dari The Federal Reserve (The Fed) seiring pelambatan inflasi.
Kemudian, tren penurunan suku bunga acuan BI didorong oleh outlook neraca pembayaran Indonesia yang akan lebih baik daripada tahun lalu. Ada juga perbaikan di sisi neraca arus modal terutama di arus modal portofolio ke Indonesia.
Head of Macroeconomic & Financial Market Research Bank Mandiri Dian Ayu Yustina juga mengatakan pasar memperkirakan mulai ada penurunan suku bunga acuan The Fed pada akhir 2023. Ini kemudian akan mendorong penurunan suku bunga acuan BI.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel