Manufaktur Babak Belur, Kemenperin Kendorkan Target PDB

Bisnis.com,16 Jun 2023, 16:29 WIB
Penulis: Widya Islamiati
Aktivitas karyawan di pabrik karoseri truk di kawasan industri Bukit Indah City, Purwakarta, Jawa Barat, belum lama ini. Selain kebutuhan lapangan kerja yang semakin besar, produktivitas industri manufaktur dinilai perlu lebih digenjot guna menghindari ancaman jebakan negara berpenghasilan menengah atau middle income trap. /Bisnis-NH

Bisnis.com, JAKARTA – Kementerian Perindustrian (Kemenperin) menargetkan kontribusi manufaktur terhadap produk domestik bruto (PDB) nasional mencapai 19,2 persen pada tahun ini.  Target itu dikoreksi dari sebelumnya sebesar 27,4 persen terhadap PDB.

Lebih jauh, Menteri Perindustrian Agus Gumiwang kini menargetkan, pada 2025 pertumbuhan sektor industri pengolahan nonmigas bisa mencapai 6,4 persen, serta kontribusi ekspor terhadap total ekspor sebesar 78 persen pada tahun yang sama.

"Apa yang saya sampaikan bukanlah hal yang mudah untuk dicapai. Inilah tujuan dari rapat kita hari ini. Harapan kita bersama, khususnya harapan saya kontribusi sektor industri terhadap PDB bisa kembali mendekati 20 persen," tutur Agus dalam pembukaan rapat kerja (Raker) Kemenperin di kawasan Sudirman, Jakarta, Jumat (16/6/2023).

Sementara, pada 2035, Agus menargetkan kontribusi manufaktur terhadap PDB nasional sebesar 22 persen menurun dari target yang sebelumnya 30 persen.

Diketahui, kontribusi manufaktur terhadap PDB tercatat menurun selama empat tahun berturut-turut, dimulai dari 2015 hingga 2019 yaitu 20,52 persen, 20,16 persen, 19,86 persen dan 19,62 persen. Lalu naik tipis pada 2020 menjadi 19,8 persen.

Namun, pada 2021 kontribusi manufaktur ini kembali menurun pada angka 18,9 persen. Kembali turun menjadi 18,34 pada 2022 dan dilanjutkan dengan kuartal I/2023 yang kembali menurun hingga pada angka 16,77 persen.

Dilihat dari share PDB sektor manufaktur dari tahun ke tahun, target 19,2 persen pada 2025 dan 22 persen pada 2035 tidak terlalu signifikan. Hal ini dikarenakan,menurut Agus , manufaktur kini masih menghadapi sederet tantangan.

"Kinerja industri masih menghadapi tantangan, suplai, kompleksitas produk, daya saing produk, produktivitas tenaga kerja industri, adopsi teknologi, kemampuan inovasi, serta partisipasi dalam global value chain," tutup Agus.

Di samping itu, mantan Menteri Sosial 2018-2019 ini juga menyebutkan industri manufaktur menghadapi permasalahan akses bahan baku dan bahan penolong, tantangan produk-produk impor, pengolahan limbah B3, serta permasalahan di sektor logistik.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Simak berita lainnya seputar topik di bawah ini:
Editor: Kahfi
Terkini