Bisnis.com, JAKARTA - Sovereign wealth fund (SWF) yang bernama Indonesia Investment Authority (INA) atau Lembaga Pengelola Investasi (LPI) mendapatkan penegasan investasi oleh pemerintah dengan penyertaan saham Bank Mandiri (BMRI) dan Saham Bank Rakyat Indonesia (BBRI).
Penegasan itu dipayungi melalui Peraturan Pemerintah (PP) No. 31 dan 32 tahun 2023 bertanggal 16 Juni 2023.
Pada PP No. 31/2023, pemerintah menempatkan 5,49 miliar saham seri B dalam Bank Rakyat Indonesia ke INA. Sedangkan dalam PP. 32/2023, pemerintah menempatkan 3,73 miliar saham Bank Mandiri di INA.
"Perubahan struktur kepemilikan saham negara berlaku sejak tanggal berlakunya," tertulis dalam pengumuman yang dikutip, Selasa (20/6/2023).
Lalu bagaimanakan kinerja INA yang disuntik pemerintah melalui saham duo bank jumbo Tanah Air ini?
Dikutip dari laporan keuangan INA yang diterbitkan pada 31 Maret 2023, untuk kinerja 2022 lembaga ini membukukan laba bersih tahun berjalan sebesar Rp2,62 triliun.
Laba ini disebutkan berasal dari pendapatan sebesar Rp3,44 triliun. Melonjak dari Rp580,43 miliar pada tahun sebelumnya.
Sedangkan dalam penjelasan laporan keuangannya, LPI menyebutkan pendapatan berasal dari dividen sebesar Rp2,36 triliun, pendapatan bunga Rp1,41 triliun, dan lainnya Rp2,97 miliar. LPI juga mencatatkan terjadi kerugian yang belum direalisasikan sebesar Rp165,58 miliar.
Selanjutnya, INA mencatatkan beban keuangan menjadi Rp293,42 miliar dari sebelumnya Rp26,29 miliar. Beban operasional naik dari Rp276,47 miliar menjadi Rp439,74 miliar.
Jumlah aset SWF yang dibentuk dengan Omnibus Law Cipta Kerja ini mencapai Rp99,84 triliun, naik dari sebelumnya Rp79,22 triliun.
Lonjakan aset ini sendiri seiring kenaikan nilai investasi di Bank Mandiri dan Bank Rakyat Indonesia. Nilai wajar saham kedua bank jumbo dicatat sebesar Rp48,82 triliun dengan nilai wajar Rp64,21 triliun.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel