Ramalan El Nino dan Harga CPO-Karet yang Tinggi Timbulkan Kekhawatiran di Singapura

Bisnis.com,22 Jun 2023, 13:03 WIB
Penulis: Anggara Pernando
Petugas KLHK memeriksa lokasi kebakaran lahan atas konsesi PT Rambang Agro Jaya di Kabupaten Ogan Komering Ilir, Sumatra Selatan. istimewa

Bisnis.com, JAKARTA -- lembaga think tank Singapore Institute of International Affairs mengingatkan peluang terjadinya bencana kabut asap terparah dalam lima tahun terakhir di Singapura, Indonesia, dan Malaysia akibat fenomena kekeringan El Nino.

Simon Tay, Chairman Singapore Institute of International Affairs menuturkan pihaknya memberi peringkat merah dalam proyeksi yang mereka rilis pada Rabu (21/6/2023) kemarin. Proyeksi bencana asap akibat El Nino ini merupakan pertama kali dikeluarkan sejak lembaga pemikir itu beroperasi lima tahun lalu.

“Selama 3 tahun terakhir langit di ASEAN relatif bebas kabut asap. Namun, ada risiko nyata di tahun depan bahwa situasinya akan berubah, dan menjadi lebih buruk,” kata Simon dikutip dari Bloomberg, Kamis (22/6/2023).

El Nino yang kuat yang akan membawa cuaca yang lebih panas dan kering. Fenomena alam ini biasanya mengakibatkan berkurangnya curah hujan di Asia Tenggara, dan dapat memperburuk penyebaran kobaran api alami atau pembakaran lahan yang dilakukan dengan sengaja.

Dia menyebutkan opsi membuka lahan dengan membakar sebgai tindakan yang sering dilakukan oleh petani kelapa sawit dan karet di Indonesia dan Malaysia.

Dia menyebutkan masih terdapat tanda tanya seberapa parah El Nino kali ini. Meski demikian, disebutkan berdasarkan gambaran US National Ocean and Atmospheric Administration 84 persen kemungkinan itu akan menjadi peristiwa yang kuat, dengan kemungkinan 25% menjadi 'super El Nino' atau kekeringan ekstream.

Saat potensi kebakaran alami meningkat, El Nino juga akan mendorong harga komoditas pertanian tetap tinggi. Kondisi yang mendorong sejumlah pihak memacu lebih banyak teknik tebang-dan-bakar untuk membuka lahan.

Meski dilakukan tebang dan bakar, dia memastikan sejauh ini pergeseran harga tersebut tidak mengakibatkan lonjakan deforestasi, namun ada beberapa bukti bahwa penanaman dan penanaman kembali (replanting) sedang meningkat.

Terakhir kali Asia Tenggara mengalami kabut lintas batas yang parah adalah pada tahun 2015, ketika kondisi kabut asap menciptakan ketegangan antar pemerintah. Singapura kemudian membagikan masker wajah kepada warganya.

Sedangkan minimnya kabut asap dalam tiga tahun terakhir karena tindakan efektif perusahaan perkebunan besar serta pemerintah Indonesia dan Malaysia menindak pelanggar. Saat yang sama cuaca basah yang tidak biasa juga tengah terjadi.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Simak berita lainnya seputar topik di bawah ini:
Editor: Anggara Pernando
Terkini