Data BMKG: Terjadi 53 Gempa Susulan Usai Gempa Bantul

Bisnis.com,02 Jul 2023, 08:32 WIB
Penulis: Afiffah Rahmah Nurdifa
Ilustrasi gempa/pixabay.com

Bisnis.com, JAKARTA -- Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) melaporkan tambahan gempa susulan yang terjadi setelah gempa berkekuatan 6 skala richter (SR) mengguncang Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta pada Jumat (30/6/2023) malam. 

Kepala Pusat Gempa bumi dan Tsunami BMKG Daryono mengatakan BMKG mencatat gempa susulan terjadi sebanyak 53 kali dengan magnitudo terbesar 4,2 SR dan terkecil 2,7 SR hingga pukul 07.00 WIB. 

"Hingga pagi ini 53 gempa susulan," kata Daryono dalam keterangan tertulis, Minggu (1/7/2023). 

Sebelumnya, Daryono menjelaskan kedalaman gempa yang terjadi pada Gempa Bantul memiliki kedalaman yang cukup untuk membuat energi gempa terpancar dengan spektrum yang meluas.

Menurutnya, guncangan gempa tidak hanya dipengaruhi magnitudo dan jarak sumber, tetapi juga dapat dipengaruhi oleh kondisi tanah setempat yang merasakan guncangan gempa.

"Kondisi tanah setempat sangat menentukan tingginya guncangan, karena di daerah sedimen tanah lunak itu akan terjadi resonansi gelombang gempa," jelasnya.

BMKG mencatat, wilayah yang merasakan guncangan gempa dengan skala intensitas III MMI di Bantul, Tulungagung, Nganjuk, Kebumen, Ponorogo, Pacitan, Trenggalek.

Sementara itu, wilayah yang merasakan gunjangan dengan skala intensitas III-IV MMI di Karangkates, Klaten, Kediri, Kulonprogo, dan Wonogiri, sedangkan wilayah yang terguncang dengan skala intensitas III MMI adalah Purbalingga, Purwokerto, Mojokerto, Pacitan, Gresik, Malang, Salatiga, dan Jepara.

Guncangan gempa bumi Bantul dengan skala ringan dirasakan di Lumajang, Ngawi, Blora, dan Bandung.

Adapun, dampak gempa bumi yang dapat dirasakan sejumlah wilayah di Pulau Jawa itu disebabkan oleh adanya perambatan gelombang.

Kepala BMKG Dwikorita Karnita menjelaskan gempa Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) yang terjadi pada Jumat (30/6/2023) malam terjadi di kedalaman 67 kilometer (KM).

Menurutnya lokasi tersebut merupakan zona kontak antara Lempeng Samudra Indo-Australia yang menumpuk di bawah Lempeng Zona Eurasia.

Dengan kondisi tersebut, rambatan gempa memungkinkan perambatan gelombang gempa yang lebih kuat dibandingkan dengan gempa yang terjadi di daratan.

"Beda kalau berada di masa lempeng batuan, ini ada di kontak antar 2 lempeng sehingga perambatan gelombang gempa akan merambat lebih luas ke area yang lebih luas lagi," jelasnya. 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Simak berita lainnya seputar topik di bawah ini:
Editor: Leo Dwi Jatmiko
Terkini