Bisnis.com, JAKARTA — Perusahaan reasuransi pelat merah, PT Reasuransi Indonesia Utama (Persero) atau Indonesia Re menilai bahwa perhelatan tahun politik 2023, climate change, hingga cyber risk menjadi tantangan yang harus dihadapi bisnis di industri perasuransian, termasuk perusahaan reasuransi.
Direktur Utama Indonesia Re Benny Waworuntu mengatakan bahwa ketercapaian tujuan keberlanjutan pada sektor asuransi dapat terjadi jika keberlanjutan bisnis tercermin dalam semua elemen dalam ekosistem industri.
“Reasuransi, sebagai pemberi kapasitas tambahan bagi perusahaan asuransi, memainkan peran yang sangat penting dalam hal ini,” kata Benny dalam konferensi pers di Jakarta, awal pekan ini (27/6/2023).
Benny menuturkan bahwa dengan menyediakan platform untuk membahas alternatif solusi dalam menghadapi tantangan bisnis di masa depan di industri perasuransian, Indonesia Re berupaya berkontribusi dalam membantu sektor perasuransian untuk membentuk kerangka keberlanjutan bagi perusahaan asuransi.
“Sustainabilty ini harus dijaga, kita harus mengimbangi dengan memastikan kita juga sustain. Bagaimana caranya kita sustain? Tentu banyak faktor, mulai dari sisi keuangan, bisnis, tata kelola, teknologi, hingga manusia,” ungkapnya.
Benny menjelaskan bahwa industri asuransi dan reasuransi memiliki peran yang sangat penting dalam menjaga stabilitas ekonomi dan meningkatkan kualitas hidup masyarakat di suatu negara.
Menurutnyta, kompleksitas menjadi salah satu faktor utama dalam meningkatnya permintaan akan asuransi. Namun, tantangan yang semakin rumit ini mendorong industri asuransi dan reasuransi untuk memperkuat ketahanan mereka terhadap ketidakpastian dan memastikan keberlanjutan yang sehat.
Benny menilai bahwa perubahan dan ketidakpastian dalam situasi politik yang terjadi seiring dengan pesta demokrasi 2024 akan berdampak pada perekonomian Indonesia.
Menurutnya, politik memiliki pengaruh signifikan terhadap kebijakan yang akan diambil oleh Pemerintah di masa depan. Di sisi lain, sistem politik dan sistem ekonomi saling berhubungan dan saling mempengaruhi.
“Kami [perusahaan reasuransi] punya peranan penting di sini, karena kami adalah backbone,” ungkapnya.
Nantinya, melalui konfrensi internasional bertajuk Indonesia Re International Conference (IIC) 2023 yang akan diadakan pada tanggal 4-5 Juli 2023, Indonesia Re berinisiatif untuk membuka ruang diskusi mengenai terciptanya sustainability di industri asuransi dan reasuransi.
Kinerja Keuangan BUMN Indonesia Re
Sementara itu hingga kuartal I/2023, Indonesia Re mencatatkan rugi Rp12,3 miliar. Jumlah rugi BUMN reasuransi terbesar di Tanah Air itu mengecil dibandingkan dengan periode yang sama pada tahun sebelumnya yakni Rp52,5 miliar.
Dikutip dari laporan keuangan perusahaan yang diperoleh dari Corporate Secretary, Jumat (30/6/2023) jumlah beban klaim neto perusahaan juga menyusut 20 persen menjadi Rp645 miliar.
Pada kuartal I/2022, perusahaan mencatatkan beban klaim neto Rp807 miliar. Di sisi lain berdasarkan jumlah pendapatan underwriting perusahaan mencatatkan Rp677 miliar.
Angka itu menurun 12,1 persen apabila dibandingkan dengan periode yang sama pada tahun sebelumnya (year-on-year/yoy), yakni Rp771 miliar.
Jumlah aset perusahaan mencapai Rp10,68 triliun atau naik 5,4 persen dibandingkan dengan periode yang sama tahun sebelumnya yakni Rp10,13 triliun.
Sementara itu, jumlah liabilitas yang ditanggung mengalami peningkatan 5,5 persen menjadi Rp7,6 triliun. Sebelumnya perusahaan mencatatkan liabilitas Rp7,2 triliun pada kuartal I/2022.
Di sisi lain, jumlah ekuitas mengalami sedikit penurunan menjadi Rp2,56 triliun dari semula 2,55 triliun pada Maret 2022.
Adapun, kesehatan perusahaan dilihat dari Risk Based Capital mencapai 121,05 persen atau turun sedikit dibandingkan kuartal I/2022 yakni 122,42 persen. Angka tersebut hanya sedikit di atas ambang batas Otoritas Jasa Keuangan (OJK).
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel