Bisnis.com, JAKARTA - Otoritas Jasa Keuangan (OJK) melaporkan permintaan investasi atau minat akuisisi terhadap bank-bank di Indonesia dari investor asing seperti Jepang dan Korea Selatan sedang dalam tren peningkatan. Beberapa proses aksi korporasi pun akan ramai.
Kepala Eksekutif Pengawas Perbankan OJK Dian Ediana Rae mengatakan minat pengusaha asing untuk berinvestasi pada sektor perbankan tinggi. "Jadi saya kaget, kalau ada kabar pengusaha asing undurkan diri. Bahkan permintaan ke kita dari Jepang, Korea Selatan, hingga negara tetangga Singapura itu meningkat untuk akuisisi bank lokal," ujarnya dalam Konferensi Pers Hasil Rapat Dewan Komisioner (RDK) OJK pada Selasa (4/7/2023).
Menurutnya, performa bank secara nasional di pasar modal pun menjanjikan. Bahkan, sektor perbankan menjadi penggerak utama pasar modal dalam menarik pihak asing.
"Beberapa proses seperti merger dan akuisisi tahun ini atau tahun depan akan berlangsung," ujarnya.
Sebelumnya, sejumlah korporasi dari Jepang hingga Korea Selatan memang rajin berinvestasi di industri perbankan Indonesia. Konglomerasi Jepang Mitsubishi UFJ Financial Group Inc. (MUFG) misalnya sejak 2017 mengakuisisi PT Bank Danamon Indonesia Tbk. (BDMN). Porsi kepemilikan MUFG di Bank Danamon kini mencapai 92,47 persen.
Konglomerasi asal Jepang lainnya Sumitomo Mitsui Banking Corporation (SMBC) mengakuisisi PT Bank BTPN Tbk. (BTPN) pada 2013. Kini, SMBC menjadi pemilik saham pengendali BTPN dengan porsi kepemilikan 92,43 persen.
Dari Korea Selatan, KB Kookmin Bank Ltd. aktif berinvestasi di PT Bank KB Bukopin Tbk. (BBKP) dan kini sebagai pemegang saham pengendali. Konglomerasi asal Korea Selatan itu sejak 2018 hingga saat ini telah menginvestasikan sekitar Rp18,02 triliun ke Bank KB Bukopin.
Sebelumnya, Direktur Eksekutif Segara Institute Piter Abdullah mengatakan perbankan indonesia memang selalu menarik bagi investor asing seperti Jepang dan Korea Selatan. "Ini karena perbankan indonesia menawarkan tingkat keuntungan yang tinggi diperoleh dari NIM [net interest margin] besar," katanya kepada Bisnis.
Indonesia juga mempunyai jumlah penduduk juga besar dengan bonus demografi. Bank Indonesia juga mencatat bahwa masih ada 28 juta penduduk Indonesia yang belum terhubung dengan layanan perbankan atau unbanked.
Senior Faculty Lembaga Pengembangan Perbankan Indonesia (LPPI) Amin Nurdin juga mengatakan korporasi asing seperti dari Jepang dan Korea Selatan tertarik dengan NIM bank di Indonesia yang besar. "Profit pun jadi besar, sehingga BEP [break event point] cepat," katanya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel