Bisnis.com, JAKARTA - Penyelesaian pembangunan megaproyek pembangkit listrik 35.000 megawatt (MW) yang digagas Presiden Joko Widodo (Jokowi) telah molor jauh dari target awal. Pertumbuhan permintaan atau konsumsi listrik yang tidak setinggi proyeksi awal menjadi kendalanya.
Saat program pembangunan pembangkit 35.000 MW atau 35 gigawatt (GW) diluncurkan pada 2015 lalu, pertumbuhan konsumsi listrik diproyeksikan dapat mencapai 7-8 persen. Pemerintah pun menghitung sepanjang 2015-2019, kebutuhan tambahan kapasitas pembangkit listrik rata-rata mencapai 7.000 MW per tahun. Perhitungan ini didasarkan pada asumsi pertumbuhan ekonomi saat itu yang mencapai 5-6 persen per tahun.
Namun, realitasnya pertumbuhan konsumsi listrik tak sesuai dengan proyeksi awal. Direktur Utama PT PLN (Persero) Darmawan Prasodjo mengungkapkan bahwa konsumsi listrik PLN justru mengalami penurunan signifikan. Penurunan ini utamanya disebabkan adanya perubahan struktur perekonomian Indonesia yang tadinya ditopang industri manufaktur bergeser menjadi pariwisata dan jasa. Pertumbuhan konsumsi listrik juga semakin tertekan saat pandemi Covid-19 yang sempat minus 0,26 persen pada 2020 lalu.