Kualitas Ekosistem Jadi Kunci Sistem Pertanian Organik

Bisnis.com,06 Jul 2023, 20:45 WIB
Penulis: M Faisal Nur Ikhsan
Petani membawa jerami sisa panen untuk dijadikan pakan ternak. /Bisnis-Muhammad Faisal Nur Ikhsan.

Bisnis.com, SALATIGA - Sistem pertanian organik bagi petani-petani di Kabupaten Boyolali sebetulnya bukan hal baru lagi. Sejak tahun 1990-an, petani-petani di wilayah tersebut telah mendapat pembekalan cara penanaman organik dari Lembaga Swadaya Masyarakat, pemerintah, hingga perguruan tinggi.

Sayangnya, tidak semua petani konsisten melanjutkan sistem pertanian organik tersebut. Namun, hingga hari ini, masih ada petani-petani organik yang aktif bahkan sudah mampu beroperasi secara mandiri. Salah satunya adalah Aliansi Petani Padi dan Palawija Organik Boyolali (Appoli).

Siswadi Endro Subroto, Ketua Appoli, menjelaskan bahwa sejak didirikan pada tahun 2007 organisasi tersebut terus berupaya mengembangkan sistem pertanian organik. Caranya, dengan melakukan riset dan uji coba yang dilakukan secara mandiri.

"Mulai tahun 2018 awal sampai sekarang, kami sudah bisa mengorganisasikan diri, mencari pasar, mencari sertifikat, semuanya sendiri. Selain bertani organik, kami sekarang juga sudah menjadi tujuan mahasiswa dan kelompok tani lain untuk belajar, istilahnya sharing lah," jelas Endro saat ditemui tim Jelajah Investasi Jateng 2023 Bisnis Indonesia pada Kamis (6/7/2023).

Endro mengakui bahwa tidak semua daerah bisa menerapkan sistem pertanian organik. Kualitas ekosistem menjadi syarat penting. Dengan kualitas ekosistem pertanian yang baik, maka sistem pertanian organik bisa memberikan lebih banyak manfaat.

"Secara ekonomi petani bisa untung, secara ekologi alam dan lingkungan kita lebih seimbang. Karena tidak ada satu makhluk hidup yang binasa. Ketiga, sebagai pembelajaran dan keberlanjutan, secara kesehatan juga akan lebih baik juga," jelas Endro.

Modernisasi pertanian juga membuka peluang baru bagi sistem pertanian organik. Menurut Endro, ada banyak teknologi yang bisa dimanfaatkan. Misalnya teknologi Smart Farming di mana petani-petani muda bisa memanfaatkannya untuk menjaga kadar air, kelembaban, kesuburan tanah, hingga sebaran hama.

"Saya justru melihat, yang menjadi kendala adalah sumber daya manusia kita lebih suka yang instan. Karena semuanya harus beli, harus cepat. Proses-proses seperti itu berlawanan dengan cara organik. Tantangan kita adalah untuk meyakinkan mereka dengan cara organik, bagaimana caranya memantapkan niat itu," jelas Endro.

Liputan ini merupakan bagian dari program Jelajah Investasi Jawa Tengah 2023: Daulat Pangan dan Energi. Program tersebut terselenggara berkat dukungan dari para sponsor yakni Grand Batang City, PT PLN Persero, Dinas Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Provinsi Jawa Tengah, Nasmoco, XL Axiata, serta PT Jamkrida Jateng.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Simak berita lainnya seputar topik di bawah ini:
Editor: Farodlilah Muqoddam
Terkini