Bisnis Pertashop Boncos, Pengusaha Ingin Jokowi Cawe-Cawe

Bisnis.com,10 Jul 2023, 16:15 WIB
Penulis: Nyoman Ary Wahyudi
Pertamina meresmikan Pertashop pertama di Kota Yogyakarta, Jumat (17/9/2021). Pertashop tersebut berlokasi di Jalan Jambon, Kelurahan Kricak, Kecamatan Tegalrejo. /Foto: Istimewa

Bisnis.com, JAKARTA — Pengusaha Pertashop (Pertamina Shop) Jawa Tengah dan DIY menyebut bisnis mereka sedang boncos dan berharap Presiden Joko Widodo bersama dengan parlemen untuk cawe-cawe.

Ketua Paguyuban Pengusaha Pertashop Jateng dan DIY Gunadi Broto Sudarmo mengatakan bentuk bantuannya adalah melalui implementasi Peraturan Presiden (Perpres) No. 191/2014 tentang Penyediaan, Pendistribusian dan Harga Jual Eceran Bahan Bakar Minyak (BBM).

Dia menambahkan implementasi itu dibutuhkan untuk mengatur konsumsi Pertalite yang belakangan makin tinggi di tengah disparitas harga yang masih berlanjut dengan Pertamax.

“Kami ingin segera disahkan revisi Perpres 191/2014 karena sampai sekarang belum ada ketentuan mengenai Pertalite ini secara detail, beda dengan produk Solar, Biosolar sudah pasti di sana konsumennya sudah ada tertata,” kata Gunadi saat audiensi dengan Komisi VII DPR RI, Senin (10/7/2023). 

Adapun, Pertashop adalah lembaga penyalur Pertamina skala kecil yang disiapkan untuk melayani kebutuhan konsumen BBM nonsubsidi, LPG nonsubsidi, dan produk Pertamina ritel lainnya.

Gunadi berharap aturan itu dapat membatasi migrasi pembelian Pertalite yang berlebih di tengah harga Pertamax yang saat ini masih terpaut cukup lebar. Selain itu, dia meminta, parlemen untuk mendorong disparitas harga BBM Pertamax dengan Pertalite maksimal berada di rentang Rp1.500 per liter di semua wilayah Indonesia.

Dia beralasan omzet bulanan yang dihimpun pengusaha turun drastis 90 persen selama lebih dari setahun akibat anomali harga Pertamax yang sebagian besar disetir oleh fluktuasi harga minyak mentah dunia saat ini.

Konsekuensinya, berdasakan catatan Pengusaha Pertashop Jawa Tengah dan DIY, terdapat 201 Pertashop dari 448 Pertashop mengalami kerugian signifikan sejak adanya disparitas harga yang lebar antara Pertamax dan Pertalite pada April 2022.

“Mulai April itu omzet langsung turun drastis, itu di harga [Pertamax] Rp12.500 per liter omzetnya Rp16.000 per bulan, berlanjut ada fluktuasi harga sampai Rp14.500, ada yang Rp13.900 [Pertamax]. Sampai sekarang di harga Rp12.500, omzet Pertashop belum bisa kembali di saat harga Pertamax Rp9.000 dan Pertalite Rp6.750,” kata Gunadi.

Malahan, dia mengatakan, beberapa pengusaha Pertashop belakangan khawatir atas adanya ancaman aset yang disita lantaran tidak sanggup lagi untuk membayar angusaran perbankan.

“Jumlah Pertashop dengan omzet kurang dari 200 liter per hari itu mencapai 47 persen dari keseluruhan,” kata dia.  

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Simak berita lainnya seputar topik di bawah ini:
Editor: Rio Sandy Pradana
Terkini