Kaum Laki-laki Paling Banyak Sumbang Kredit Macet Pinjol!

Bisnis.com,10 Jul 2023, 09:05 WIB
Penulis: Rika Anggraeni
Ilustrasi laki-laki yang frustasi akibat memiliki kredit macet di pinjaman online (pinjol)./ Dok Freepik

Bisnis.com, JAKARTA — Otoritas Jasa Keuangan (OJK) mencatat laki-laki di kategori perorangan menjadi kelompok penyumbang outstanding kredit macet lebih dari 90 hari financial technology peer-to-peer (fintech P2P) lending atau pinjaman online (pinjol) tertinggi pada lima bulan pertama 2023.

Nilai outstanding kredit macet pinjol di kelompok laki-laki mencapai Rp724,35 miliar dengan 292.394 rekening penerima pinjaman aktif pada akhir Mei 2023.

Merujuk data statistik Fintech Lending periode Mei 2023 yang dipublikasikan OJK pada Senin (3/7/2023), nilai outstanding pinjaman macet di kelompok laki-laki melonjak 80,47 persen secara tahunan (year-on-year/yoy) dari periode Mei 2022 yang hanya sebesar Rp401,37 miliar.

Jika dibandingkan dengan bulan sebelumnya, outstanding pinjaman macet lebih dari 90 hari di kalangan laki-laki naik 19,19 persen month-to-month (mtm) dari Rp607,75 miliar pada April 2022.

Direktur Center of Economics and Law Studies (Celios) Bhima Yudhistira menuturkan bahwa selain sebagai kepala keluarga dan pencari nafkah, tidak terpenuhinya kebutuhan dari pendapatan harian membuat kelompok laki-laki memilih untuk meminjam pendanaan ke pinjol.

Menurut Bhima, hal itulah yang membuat kelompok laki-laki menjadi penyumbang terbesar pinjaman macet fintech P2P lending.

“Tingginya pinjaman macet yang didominasi oleh laki-laki ini karena berkorelasi dengan gender mereka sebagai pencari nafkah,” kata Bhima kepada Bisnis, Senin (10/7/2023).

Menurut Bhima ada banyak kemungkinan kelompok laki-laki menggunakan pinjaman online untuk mencukupi kebutuhan harian.

Namun, dia tak mengelak bahwa ada pula fenomena di mana masyarakat tergiur mencoba pinjaman online yang akhirnya terjebak karena tidak bisa melunasi tunggakan bunga yang berakibat gagal bayar atau 'galbay'. 

“Laki-laki cenderung berani mengambil risiko dibanding perempuan, serta lebih cepat mengadopsi layanan keuangan digital,” ujarnya.

Sayangnya, Bhima mengungkapkan bahwa terkadang kelompok laki-laki juga tidak cermat dalam membaca syarat dan ketentuan pinjol. Hal itu yang kemudian berakibat pada tingginya pinjaman macet lebih dari 90 hari di fintech P2P lending.

“Laki-laki lebih berani coba-coba tanpa pikir panjang konsekuensinya kalau sampai macet [pinjamannya],” pungkas Bhima.

Secara total, OJK mencatat outstanding pinjaman macet lebih dari 90 hari di industri fintech P2P lending pada kategori perseorangan mencapai Rp1,73 triliun per Mei 2023.

Nilai outstanding pinjaman macet itu membengkak 113,25 persen jika dibandingkan dengan periode yang sama tahun sebelumnya yang hanya mencapai Rp810,74 miliar.

Sementara itu, rasio tingkat keberhasilan penyelenggara P2P lending (TKB90) secara agregat berada di angka 96,64 persen. Dengan demikian, tingkat risiko kredit secara agregat atau tingkat wanprestasi 90 hari (TWP90) berada di angka 3,36 persen per Mei 2023, atau naik jika dibandingkan dengan posisi April 2023 mencapai 2,82 persen.

Indikator lainnya, yaitu rasio return on asset (ROA) dan return on equity (ROE) masing-masing berada di level 5,55 persen dan 11,18 persen. Adapun, beban operasional terhadap pendapatan operasional (BOPO) terpantau semakin efisien, terlihat dari 87,29 persen pada April 2023 dan turun menjadi 87,13 persen per Mei 2023.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Simak berita lainnya seputar topik di bawah ini:
Editor: Feni Freycinetia Fitriani
Terkini