Bisnis.com, JAKARTA – Perbankan Indonesia banyak dilirik investor asing di antaranya karena margin bunga bersih (net interest margin/NIM) yang tinggi.
Berdasarkan riset dari Samuel Sekuritas, per Mei 2023 sejumlah bank digital tercatat memperoleh NIM yang lebih tinggi dibandingkan bank jumbo. PT Bank Neo Commerce Tbk. (BBYB) mencatatkan NIM 18,39 persen, PT Bank Jago Tbk. (ARTO) mempunyai NIM 11,28 persen, dan PT Bank Aladin Syariah Tbk. (BANK) meraup NIM 9,93 persen pada Mei 2023.
Sementara bank jumbo yakni PT Bank Centra Asia Tbk. (BBCA), PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk. (BBNI), PT Bank Mandiri (Persero) Tbk. (BMRI), dan PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk. (BBRI) mencatatkan NIM jauh di bawah bank digital itu. BCA meraup NIM 5,68 persen, BRI 6,94 persen, BMRI 5,16 persen, dan BBNI dengan NIM 4,7 persen per Mei 2023.
Namun, riset Samuel Sekuritas menyebutkan akumulasi NIM bank digital itu mengalami tren penyusutan. "Ini karena dampak kenaikan suku bunga lebih parah pada mereka daripada pada bank-bank besar," tulis Head of Equity Research Samuel Sekuritas Prasetya Gunadi dan Research Associate Samuel Sekuritas Brandon Boedhiman dalam risetnya beberapa waktu lalu.
Berdasarkan laporan keuangan kuartal I/2023 masing-masing bank, sejumlah bank digital juga mencatatkan NIM yang jauh lebih tinggi dibandingkan dengan bank jumbo. Margin bunga bersih PT Bank Seabank Indonesia (SeaBank) misalnya mencapai 19,57 persen pada kuartal I/2023.
PT Bank Amar Indonesia Tbk. (AMAR) mencatatkan NIM 16,57 persen, Bank Neo Commerce mempunyai NIM 16,14 persen, dan Bank Jago mempunyai NIM 10,99 persen pada kuartal I/2023.
NIM bank-bank digital itu mengalahkan bank-bank jumbo seperti BMRI sebesar 5,11 persen per 31 Maret 2023. Kemudian BCA mempunyai NIM, 5,6 persen, BNI mempunyai NIM 4,67 persen, dan BRI mempunyai NIM 6,67 per kuartal I/2023.
Senior Faculty Lembaga Pengembangan Perbankan Indonesia (LPPI) Amin Nurdin mengatakan NIM di bank digital itu tinggi karena mereka mendapatkan pendanaan di tingkat suku bunga simpanan yang tinggi, kemudian melempar suku bunga pinjaman kepada debitur yang juga di atas rata-rata industri. Alhasil, NIM pun lebih tinggi dibandingkan dengan bank-bank raksasa.
"Yang menyebabkan tingkat tingginya NIM adalah tingkat suku bunga, selain itu likuiditas yang dimiliki bank. Jadi, kalau melihat bank-bank digital itu jauh lebih tinggi wajar karena mereka mematok suku bunga tinggi," ujarnya kepada Bisnis.
Sementara itu, pertumbuhan NIM perbankan di Indonesia menjadi salah satu daya tarik bagi investor, terutama investor asing. "Ini karena perbankan Indonesia menawarkan tingkat keuntungan yang tinggi diperoleh dari NIM besar," kata Direktur Eksekutif Segara Institute Piter Abdullah.
Sebelumnya, Kepala Eksekutif Pengawas Perbankan OJK Dian Ediana Rae memang mengatakan perbankan Indonesia banyak dilirik investor asing. Menurutnya, minat pengusaha asing untuk berinvestasi pada sektor perbankan tinggi.
"Permintaan ke kita dari Jepang, Korea Selatan, hingga negara tetangga Singapura itu meningkat untuk akuisisi bank lokal," ujarnya dalam Konferensi Pers Hasil Rapat Dewan Komisioner (RDK) OJK pada pekan lalu (4/7/2023).
Menurutnya, performa bank secara nasional di pasar modal pun menjanjikan. Bahkan, sektor perbankan menjadi penggerak utama pasar modal dalam menarik pihak asing.
Dengan menariknya sektor perbankan itu, sejumlah investor pun masih akan tetap melanjutkan aksi korporasi mereka terhadap bank di Indonesia. "Beberapa proses seperti merger dan akuisisi tahun ini atau tahun depan akan berlangsung," ujar Dian.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel