Bisnis.com, JAKARTA - Saham PT Bank Danamon Indonesia Tbk. (BDMN) rajin diserok oleh sejumlah investor individu, seperti crazy rich asal Surabaya Hermanto Tanoko. Seberapa moncer saham BDMN ini?
Berdasarkan laporan Top 20 Pemegang Saham Bank Danamon yang dirilis perseroan, salah satu investor individu yakni Hermanto Tanoko tercatat mempertebal kepemilikannya di BDMN. Bos PT Avia Avian Tbk. (AVIA) tersebut tercatat menyerok 701.000 lembar saham BDMN dalam kurun waktu sebulan.
Hermanto pun menggenggam 7,03 juta lembar saham BDMN hingga 30 Juni 2023, naik dibandingkan bulan sebelumnya yang menggenggam 7,01 juta lembar saham. Porsi kepemilikan saham Hermanto di BDMN kini mencapai 0,08 persen dan duduk di posisi ke-14 daftar pemegang saham BDMN terbesar.
Selain Hermanto, sejumlah pemilik saham individu BDMN yang juga menempati posisi direksi di BDMN mempertebal kepemilikan sahamnya jelang paruh pertama 2023. Mengacu data Bloomberg Terminal, per akhir perdagangan Senin (10/7/2023), Wakil Direktur Utama Bank Danamon Honggo Widjojo Kangmasto misalnya menambah porsi kepemilikan sahamnya di BDMN sebesar 301.900 lembar.
Sejumlah Direktur Bank Danamon yakni Dadi Budiana, Herry Hykmanto, Rita Mirasari, Muljono Tjandra, Thomas Sudarma pun turut memborong saham BDMN pada kuartal II/2023. Masing-masing kelima Direktur itu menyerok saham BDMN sebesar 150.100 lembar, 99.600 lembar, 50.400 lembar, 109.800 lembar, dan 102.900 lembar saham.
Berdasarkan keterbukaan informasi, para Direktur Bank Danamon menyerok saham BDMN dalam rangka program deffered share di mana pembayaran dividen dapat ditangguhkan.
Presiden Komisaris PT Avia Avian Hermanto Tanoko./Instagram
Selain pemilik saham individu seperti Hermanto Tanoko, investor institusi seperti State Street Corp juga belanja 247.918 lembar saham BDMN. Porsi kepemilikannya pun menebal menjadi sebesar 7,76 juta lembar dari sebelumnya 7,51 juta lembar.
Seiring dengan aksi serok saham investornya, emiten bank yang dikendalikan oleh konglomerasi Jepang Mitsubishi UFJ Financial Group Inc. (MUFG) ini sebenarnya mencatatkan kinerja keuangan yang kurang meyakinkan pada kuartal I/2023.
BDMN telah mencatatkan penurunan laba bersih 5 persen secara tahunan (year on year/yoy) menjadi Rp818,12 miliar pada kuartal I/2023 didorong oleh pembengkakan beban operasional selain bunga bersih 17 persen menjadi Rp1,17 triliun hingga akhir Maret 2023.
Dari sisi rasio profitabilitas, tingkat pengembalian aset (return on asset/ROA) BDMN juga terkoreksi 16 basis poin (bps) menjadi 2,19 persen. Sementara, tingkat pengembalian ekuitas (return on equity/ROE) juga melemah 89 bps menjadi 7,91 persen dari 8,80 persen pada periode yang sama pada tahun sebelumnya.
BDMN juga membukukan penurunan margin bunga bersih (net interest margin/NIM) 86 bps menjadi sebesar 10,18 persen hingga Maret 2023.
Meski begitu, sisi top line bank pada dasarnya menunjukan tren positif. Hingga Maret 2023, BDMN membukukan pendapatan bunga bersih (net interest income/NII) tumbuh 5 persen menjadi Rp2,15 triliun.
Di samping itu, BDMN juga mencatatkan pendapatan berbasis komisi atau fee based income naik 19 persen secara yoy menjadi Rp412,3 miliar dari Rp345,85 miliar pada Maret 2022.
Adapun dari sisi intermediasi, bank telah menyalurkan kredit dan pembiayaan syariah mencapai Rp124,35 triliun, naik 14 persen dari posisi pada periode yang sama di tahun sebelumnya yakni Rp108,89 triliun.
Bank Danamon mempunyai lini bisnis syariah yakni unit usaha syariah (UUS) Bank Danamon yang mencatatkan laba bersih Rp77,18 miliar pada kuartal I/2023, naik 16,18 persen yoy. Aset UUS BDMN pun naik 13,42 persen yoy menjadi Rp11,32 triliun.
Bank juga mempunyai anak usaha yang bergerak di bidang pembiayaan yakni PT Adira Dinamika Multi Finance Tbk. (ADMF) atau Adira Finance. BDMN menjadi pemegang saham pengendali ADMF dengan porsi kepemilikan mencapai 92,07 persen.
Per kuartal I/2023, ADMF mampu membukukan laba berjalan senilai Rp417,03 miliar tumbuh hingga dua digit atau mencapai 36,93 persen yoy. ADMF juga mencatatkan kenaikan pos pembiayaan konsumen 4,88 persen yoy menjadi Rp1,43 triliun. Selain itu, pos sewa pembiayaan yang melonjak 181,09 persen yoy.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel