Proyeksi Kucuran Kredit oleh Leasing Semester II/2023, Clipan Finance Ungkap Dua Tantangan

Bisnis.com,13 Jul 2023, 17:48 WIB
Penulis: Pernita Hestin Untari
Tangkap layar aplikasi Clipan Finance (CFIN)./Istimewa

Bisnis.com, JAKARTA — PT Clipan Finance Indonesia Tbk. (CFIN) atau Clipan Finance menyebutkan peningkatan risiko bisnis dan tahun politik menjadi tantangan perusahaan pembiayaan memacu penyaluran kredit pada semester II/2023. 

Sebagai konteks, Otoritas Jasa Keuangan (OJK) menyebut piutang pembiayaan multifinance pada semester II/2023 kemungkinan akan melambat

Direktur Utama Clipan Finance Harjanto Tjitohardjojo mengatakan prediksi OJK terdorong dua alasan. Pertama hampir semua perusahaan pembiayaan menghadapi kenaikan risiko saat ini. 

“Sehingga harus lebih waspada,” kata Harjanto kepada Bisnis, Rabu (12/7/2023). 

Kedua, Harjanto mengatakan, semester II tahun ini akan mendekati puncak politik yakni pendaftaran presiden dan wakil presiden serta penetapan calon legislatif. Menurutnya, meningkatnya eskalasi politik kemungkinan akan membuat konsumen menunda pembelian kendaraan baik kredit maupun tunai. 

Akhirnya, pendapatan perusahaan multifinance kemungkinan akan berdampak, tetapi tidak akan signifikan. “Kami [untuk antisipasi kenaikan kredit macet] juga akan melakukan verifikasi dengan lebih hati-hati dan menambahkan mitigasi risiko,” katanya. 

Adapun pembiayaan baru Clipan Finance mencapai Rp4,19 triliun pada Januari-Juni 2023. Angka tersebut naik 28,5 persen bila dibandingkan dengan pendapatan semester I/2022 yakni Rp3,26 triliun. Adapun target full year pada tahun ini mencapai Rp9 triliun. 

Sebelumnya, Kepala Eksekutif Pengawas Perasuransian, Penjaminan, dan Dana Pensiun OJK Ogi Prastomiyono mengatakan bahwa pertumbuhan piutang pembiayaan industri multifinance pada semester II, diperkirakan tidak setinggi semester I 2023. Menurutnya dengan berakhirnya status pandemi Covid-19, perusahaan pembiayaan harus waspada terhadap perubahan profil risiko nasabah yang pada saat pandemi layak dibiayai karena sebagian persentase pendapatan dapat ditabung, misalnya biaya transportasi bagi pekerja/profesional. 

“Situasi ini langsung atau tidak langsung mempengaruhi delinquency rate nasabah yang memiliki fixed income tersebut,” kata Ogi. 

Dia mengatakan Non Performing Financing (NPF) bisa jadi bergerak sedikit naik tapi masih disimpulkan bahwa risiko pembiayaan masih cukup terkendali. 

Berdasarkan data Laporan Bulanan Perusahaan Pembiayaan, piutang pembiayaan tumbuh menjadi Rp441,23 triliun dari Rp379,11 triliun per Mei 2022 atau tumbuh sebesar 16,38 persen yoy atau tumbuh sebesar 6,10 persen ytd

Dengan mempertimbangkan realisasi pembiayaan sampai dengan Mei tersebut, OJK menilai target pertumbuhan piutang pembiayaan sebesar 15 persen untuk tahun 2023 masih cukup realistis.

“Pertumbuhan piutang pembiayaan ini dikontribusi oleh penyaluran pembiayaan di sektor produktif baik pembiayaan investasi dan pembiayaan modal kerja,” kata Ogi. 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Simak berita lainnya seputar topik di bawah ini:
Editor: Anggara Pernando
Terkini