Angka Perokok Indonesia Tinggi, Ini Usulan Akademisi

Bisnis.com,17 Jul 2023, 11:09 WIB
Penulis: Rio Sandy Pradana
Ilustrasi pria berhenti merokok/Freepik

Bisnis.com, JAKARTA - Pemerintah dinilai perlu menekan angka perokok Indonesia melalui program pencegahan merokok berbasis profil risiko.

Akademisi dari Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Padjadjaran (Unpad) Amaliya mengatakan prevalensi merokok di Indonesia tergolong tinggi. Hal ini perlu mendapat perhatian dari seluruh pemangku kepentingan.

Berdasarkan Global Adult Tobacco Survey 2021, sebanyak 63,4 persen perokok berencana untuk berhenti merokok. Angka tersebut dapat menjadi peluang bagi pemerintah dalam upaya menurunkan prevalensi perokok di Indonesia.

“Angka perokok di Indonesia mencapai 65 juta jiwa. Perlu ada langkah pengurangan bahaya yang dapat menurunkan prevalensi perokok,” katanya dalam siaran pers, Senin (17/7/2023).

Menurutnya, beralih dari kebiasaan merokok memang tidak mudah, tetapi upaya pengurangan bahaya tembakau dapat menjadi program pelengkap pemerintah dalam menekan angka perokok.

Dia menilai pemanfaatan produk tembakau alternatif seperti produk tembakau yang dipanaskan, rokok elektrik, dan kantong nikotin, dapat membantu pemerintah dalam mengurangi prevalensi perokok. Alasannya, berdasarkan kajian ilmiah, produk-produk tesebut memiliki risiko hingga 90-95 persen lebih rendah daripada rokok.

Amaliya telah melakukan kajian klinis bertajuk “Nikotin dan Respon Gusi pada Pengguna Vape vs Perokok saat Mengalami Peradangan Gusi Buatan (Gingivitas Eksperimental)”.

Penelitian tersebut untuk mengetahui sejauh mana produk tembakau alternatif, khususnya rokok elektrik dan produk tembakau yang dipanaskan, memiliki dampak bagi pertahanan gusi terhadap bakteri plak gigi pada para pengguna dibandingkan dengan perokok dan bukan perokok.

Hasil penelitian tersebut menunjukkan pengguna produk tembakau alternatif yang telah berhenti merokok menunjukkan respons yang baik terhadap akumulasi plak atau infeksi bakteri dengan tingkat peradangan gusi seperti yang dialami non-perokok.

Saat ini, negara lain seperti Swedia juga telah memanfaatkan upaya pengurangan bahaya tembakau dan mendukung penggunaan produk tembakau alternatif untuk mengurangi angka prevalensi perokok. Hal ini dapat dikaji lebih lanjut oleh Pemerintah Indonesia.

Berkat pemanfaatan produk tembakau alternatif, persentase perokok di Swedia turun dari 15 persen menjadi 5,6 persen dalam 15 tahun terakhir.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Simak berita lainnya seputar topik di bawah ini:
Editor: Rio Sandy Pradana
Terkini