Penyebab Banyak PHK dan Pabrik Tutup di Jabar, Meski Realisasi Investasi Naik

Bisnis.com,21 Jul 2023, 13:50 WIB
Penulis: Maria Elena
Sejumlah simpatisan Partai Buruh membawa poster saat berunjuk rasa di Jalan Medan Merdeka Selatan, kawasan Monumen Nasional (Monas), Jakarta, Sabtu (14/1/2023). Partai Buruh menyuarakan agar pemerintah mendengarkan suara pekerja perempuan untuk memperoleh cuti haid dan tak mengalami pemutusan hubungan kerja (PHK) sepihak serta menolak Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang Cipta Kerja atau Perpu Cipta Kerja. ANTARA FOTO/Aditya Pradana Putra/YU

Bisnis.com, JAKARTA – Menteri Investasi/Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) Bahlil Lahadalia memberikan tanggapan terkait fenomena pemutusan hubungan kerja (PHK) yang tinggi di Jawa Barat (Jabar), meski realisasi investasi di kawasan tersebut meningkat.

Bahlil mengatakan fenomena PHK di Jawa Barat dipicu oleh beberapa faktor. Dia tak mengelak memang ada perusahaan yang memindahkan bisnisnya, tetapi ada sebagian yang juga kembali ke Indonesia.

Selain itu, maraknya PHK di kawasan tersebut juga dipicu oleh bangkrutnya perusahaan akibat kesalahan manajemen.

“Memang sebagian harus saya akui, ada yang pergi ada yang balik juga, tapi ada juga yang bangkrut karena salah manajemen, jangan salahkan karyawan juga, begitu bangkrut, gulung tikar pasti di-PHK,” katanya dalam konferensi pers, Jumat (21/7/2023).

Bahlil mengatakan Jawa Barat termasuk salah satu provinsi yang dipandang investor memiliki tingkat produktivitas yang tinggi, sekalipun tingkat upah di kawasan ini cenderung lebih tinggi dibandingkan dengan kawasan lainnya.

Oleh karena itu, Jawa Barat tetap menarik bagi investor, tercermin dari realisasi investasi pada kuartal II/2023 yang tercatat mencapai Rp53,7 triliun, tertinggi secara nasional.

Di sisi lain, Bahlil menilai kesamaan pandangan antara pengusaha dan pekerja juga diperlukan agar tidak mengganggu aktivitas investasi.

“Kalau investasi terganggu, demo terus, mogok kerja, seharusnya ada kesamaan pandang, pengusaha/investor butuh karyawan, karyawan juga butuh investor, jadi harus ada kesamaan pandang itu,” kata dia.

Sebagai gambaran, Kementerian Investasi mencatat realisasi investasi pada kuartal I/2023 mencapai Rp349,8 triliun, meningkat 15,7 persen secara tahunan.

Pada periode tersebut, serapan tenaga kerja juga meningkat sebanyak 464.289 orang, dibandingkan dengan kuartal I/2023 yang menyerap sebanyak 384.892 tenaga kerja dan pada kuartal II/2022 dengan serapan sebanyak 320.534 tenaga kerja.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Simak berita lainnya seputar topik di bawah ini:
Editor: Feni Freycinetia Fitriani
Terkini