Bisnis.com, JAKARTA – Perusahaan tekfin Investree optimistis peluang industri pembiayaan masih cukup besar.
Terutama, setelah perusahaan memenuhi syarat ekuitas Rp2,5 miliar yang ditetapkan oleh Otoritas Jasa Keuangan (OJK) hingga tahun ini.
Co-Founder & CEO Investree Adrian Gunadi menuturkan saat ini Investree telah memenuhi ekuitas minimal sebesar Rp2,5 miliar untuk pelaku fintech lending.
Dalam upaya penguatan ekuitas, per Desember 2022 lalu, Adrian menyebut Investree sudah mengumumkan pendanaan seri D yang akan dipimpin oleh JTA Holding, investor dari Qatar.
Dengan ekuitas tersebut, Investree juga masih melihat peluang yang cukup besar bagi proyek pembiayaan di berbagai sektor.
“Salah satunya untuk memperluas akses pembiayaan adalah kerja sama yang Investree miliki dengan platform pengadaan Lembaga Kebijakan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah (LKPP) termasuk Lembaga Pengadaan Secara Elektronik (LPSE) sejak tahun 2020 untuk memberikan akses pembiayaan bagi UMKM dalam ekosistem ini,” ujarnya kepada Bisnis dikutip, Sabtu (22/7/2023)
Tak hanya itu, Investree saat ini juga terus mengeksplorasi potensi pembiayaan pada sektor-sektor yang positif.
Seperti sektor alat-alat kesehatan, IT, dan layanan komputer, serta kreatif. Di Asia Tenggara, untuk membantu pembiayaan UMKM.
Selain Indonesia, Investree Group juga terus mengembangkan bisnisnya di Filipina dan Thailand.
Adrian meyakini merger dan akuisisi di bisnis pembiayaan khususnya di industri fintech sebetulnya sama dengan merger dan akuisisi yang dilakukan oleh sejumlah industri lainnya.
Pada dasarnya, merger dan Akuisisi (M&A) merupakan bagian dari aksi korporasi yang dilakukan oleh perusahaan untuk re-alignment fokus bisnis, meningkatkan kualitas jasa atau layanan yang dimiliki.
Merger dan akuisisi juga diperlukan dalam meperluas pangsa pasar yang sekaligus mengakomodir peningkatan permintaan atau demand.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel