Bisnis.com, JAKARTA – Bank Indonesia (BI) dinilai perlu kembali mempertahankan suku bunga acuan pada tingkat 5,75 persen. BI akan mengumumkan hasil Rapat Dewan Gubernur (RDG) pada siang ini, Selasa (25/7/2023).
Ekonom Makroekonomi dan Pasar Keuangan LPEM FEB UI Teuku Riefky mengatakan, di dalam negeri, tingkat inflasi kembali turun dan berhasil mencapai kisaran target BI sebesar 2-4 persen.
Pada Juni 2023, inflasi tercatat sebesar 3,52 persen secara tahunan, jauh lebih rendah dibandingkan dengan inflasi pada Mei 2023 sebesar 4 persen.
Riefky mengatakan, pada periode Juni 2022, tingkat inflasi tercatat sebesar 4,35 persen, utamanya dipicu oleh disrupsi rantai pasok komoditas pangan dan energi, akibat perang Rusia dan Ukraina.
Angka inflasi yang tinggi pada Juni 2022 tersebut berhasil menciptakan high-base effect, yang kemudian mempengaruhi angka inflasi pada Juni 2023.
“Di sisi lain, menurunnya inflasi Juni juga didukung oleh adanya konsistensi kebijakan moneter yang dibarengi dengan koordinasi yang solid antara BI dan pemerintah dalam bentuk program pengendalian inflasi seperti Tim Pengendalian Inflasi Pusat dan Daerah [TPIP dan TPID] melalui Program Gerakan Nasional Pengendalian Inflasi Pangan [GNPIP],” katanya, dikutip Selasa (25/7/2023).
Riefky menyampaikan, indikator lainnya seperti Indeks Keyakinan Konsumen (IKK) dan PMI manufaktur juga menunjukkan bahwa kondisi perekonomian domestik tetap solid dengan ekspektasi konsumen yang positif serta kegiatan produksi yang ekspansif.
Dari sisi eksternal, imbuhnya, keputusan The Fed untuk mempertahankan tingkat suku bunga telah memberikan Indonesia kesempatan untuk mempertahankan selisih imbal hasil antara obligasi pemerintah dengan US Treasury Bonds.
Hal tersebut memberikan dampak yang positif ditandai dengan adanya aliran dana masuk ke Indonesia serta kinerja rupiah yang kuat dibandingkan dengan mata uang negara berkembang lainnya.
“Mempertimbangkan hal tersebut, kami melihat bahwa BI harus mempertahankan suku bunga kebijakannya pada 5,75 persen untuk menjaga stabilitas rupiah sembari mencermati keputusan the Fed pada pertemuan FOMC mendatang,” jelas Riefky.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel