Bisnis.com, JAKARTA – Bank Indonesia (BI) diperkirakan kembali mempertahankan suku bunga acuan pada Rapat Dewan Gubernur (RDG) 24-25 Juli 2023, mempertimbangkan stabilitas rupiah.
Untuk diketahui, BI telah mempertahankan suku bunga acuan pada tingkat 5,75 persen selama 5 bulan beruntun sejak Februari 2023.
Konsensus Bloomberg yang terdiri dari 30 ekonom memperkirakan suku bunga acuan BI tidak berubah, tetap pada level 5,75 persen.
BI dinilai mempertimbangkan disinflasi domestik yang stabil dan stabilitas rupiah menjelang pertemuan FOMC the Fed, bank sentral Amerika Serikat (AS) pada Kamis pekan ini, yang mana diperkirakan akan kembali menaikkan suku bunga sebesar 25 basis poin.
Ekonom Australia & New Zealand Banking Group Krystal Tan menilai kondisi eksternal saat ini masih belum kondusif bagi BI untuk melonggarkan suku bunga kebijakan.
“Dengan the Fed yang secara luas diantisipasi untuk menaikkan suku bunga kebijakannya sedikit lebih jauh minggu ini, melakukan hal yang berlawanan dapat menjadi upaya yang berisiko bagi BI, paling tidak mengingat latar belakang penurunan cadangan devisa, perbedaan suku bunga yang sudah menyempit, dan penyangga yang menipis dari surplus perdagangan,” katanya, dilansir melalui Bloomberg, Selasa (25/7/2023).
Kekhawatiran pasar terhadap arah kebijakan the Fed telah membawa nilai tukar rupiah menembus level psikologis Rp15.000 terhadap dollar AS. Hal ini akan mendorong BI untuk bersikap berhati-hati guna memastikan volatilitas rupiah tidak memicu imported inflation.
Ekonom dari Societe Generale GSC Pvt Kunal Kundu menilai penurunan suku bunga baru akan terjadi jika ada tanda-tanda pasti bahwa the Fed telah selesai dengan siklus kenaikan suku bunganya.
"Ketergantungan yang berlebihan pada pemegang obligasi asing untuk membiayai defisit anggaran menjadi penting untuk mempertahankan daya tarik obligasi pemerintah Indonesia," katanya.
Sinyal Penurunan
Konsensus ekonom memperkirakan langkah BI selanjutnya adalah menurunkan suku bunga acuan. Pasalnya, selain pelemahan rupiah, sinyal lainnya mengarah pada langka penurunan.
Tercatat, inflasi pada Juni 2023 telah kembali ke sasaran target BI sebesar 2-4 persen dan inflasi inti yang konsisten berada di bawah level 3 persen.
Namun demikian, laju inflasi yang rendah juga dapat mengindikasikan konsumsi yang menurun. Kondisi ini juga tercermin dari impor Indonesia yang anjlok 18 persen pada Juni 2023 akibat berkurangnya impor barang konsumsi dan bahan baku.
Nicholas Mapa dari ING Groep NV memperkirakan bahwa pertumbuhan ekonomi akan berada pada kisaran 4,5-5,3 persen, lebih rendah dari proyeksi BI.
"Kami mempertahankan pertumbuhan 4,7 persen untuk Indonesia untuk saat ini, namun kami mungkin perlu meninjau kembali pandangan ini jika belanja konsumen menunjukkan tanda-tanda moderasi,” katanya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel