Bisnis Bancassurance Diramal Kembali Merekah, Tertolong Jumlah Nasabah Bank

Bisnis.com,25 Jul 2023, 20:25 WIB
Penulis: Rika Anggraeni
Karyawati beraktivitas di dekat logo-logo perusahaan asuransi di kantor Asosiasi Asuransi Jiwa Indonesia (AAJI) di Jakarta./ Bisnis/Arief Hermawan P

Bisnis.com, JAKARTA — Bisnis kerja sama antara bank dengan perusahaan asuransi atau lebih dikenal dengan bancassurance diproyeksi akan tumbuh lebih cepat, sejalan dengan penetrasi pasar asuransi yang masih rendah.

Data Asosiasi Asuransi Jiwa Indonesia (AAJI) menyebutkan premi bancassurance pada kuartal I/2023 tercatat Rp18,96 triliun, turun 13,3 persen secara tahunan (year-on-year/yoy). Meskipun demikian, kanal distribusi ini menyumbang premi asuransi jiwa terbesar senilai Rp45,6 triliun.

Pengamat Asuransi Dedi Kristianto memandang prospek bancassurance di Indonesia adalah sesuatu hal yang sangat menarik untuk dicermati.

“Dalam analisa serta proyeksi ke depan, bisnis bancassurance akan tumbuh dengan signifikan, hal ini bukan tanpa alasan namun didasarkan pada beberapa parameter,” ungkap Dedi kepada Bisnis, Selasa (25/7/2023).

Parameter yang dimaksud di antaranya penetrasi pasar asuransi yang masih sangat rendah, yaitu di bawah 3 persen dari Produk Domestik Bruto (PDB), selain dari jumlah nasabah bank itu sangat besar yaitu sekitar 40-45 juta orang. Hal ini merupakan pangsa pasar yang potensial untuk digarap oleh perusahaan asuransi.

“Kalau kita perhatikan data tahun 2022 dari semua bank yang menjalankan bisnis bancassurance ini fee-based income mereka tumbuh dengan baik dan hal itu menopang income perbankan,” ujarnya.

Di satu sisi, studi Expert Market Research menyebutkan prospek pasar bancassurance global yang mencapai sekitar US$1,46 miliar pada 2022, dan selanjutnya akan tumbuh pada CAGR sebesar 7,7 persen antara 2023 dan 2028 untuk mencapai nilai US$2,25 miliar pada 2028  Adapun, Indonesia dinilai sebagai kawasan yang prospektif.

Dedi menilai laporan tersebut merupakan kabar yang menggembirakan dan juga angin segar. Namun di satu sisi, Dedi mengungkapkan juga masih perlu ada pembenahan dari industri asuransi.

Pasalnya, lanjut Dedi, masih banyak lagi pekerjaan rumah yang menurunkan tingkat kepercayaan masyarakat akan asuransi harus dibenahi untuk bisa menciptakan environment bisnis pertumbuhan bancassurance di tahun-tahun yang akan datang.

“Ini menjadi tantangan yang harus dijawab, baik bagi perusahaan asuransi dan juga perbankan, banyaknya permasalahan perasuransian tahun 2022, apakah itu asuransi yang ditutup karena miss management, produk unit-linked yang bermasalah, maupun tenaga penjual yang kurang profesional,” pungkasnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Simak berita lainnya seputar topik di bawah ini:
Editor: Anggara Pernando
Terkini