BI Tahan Suku Bunga 5,75 Persen, Berpengaruh ke Obligasi Leasing?

Bisnis.com,26 Jul 2023, 03:05 WIB
Penulis: Rika Anggraeni
Gubernur Bank Indonesia (BI) Perry Warjiyo mengumumkan hasil Rapat Dewan Gubernur (RDG) periode 21-22 Juni 2023. Dok Youtube Bank Indonesia.

Bisnis.com, JAKARTA — Keputusan Bank Indonesia (BI) untuk menahan suku bunga acuan atau BI-7 Days Repo Rate (BI7DRR) di level 5,75 persen disinyalir tidak berpengaruh pada suku bunga penerbitan obligasi di perusahaan leasing.

Ketua Umum Asosiasi Perusahaan Pembiayaan Indonesia (APPI) Suwandi Wiratno menyebut meski bank sentral mengerek suku bunga acuan, namun tidak serentak membuat perbankan ikut menaikkan suku bunga.

“Mestinya nggak berpengaruh, karena dengan adanya kenaikan beberapa kali dari suku bunga acuan BI [Bank Indonesia], perbankan juga tidak serta-merta setiap kali menaikkan dinaikkan [suku bunga],” kata Suwandi saat ditemui di Wisma Bisnis Indonesia, Selasa (25/7/2023).

Selain itu, Suwandi menuturkan bahwa perusahaan pembiayaan juga mendapatkan pendanaan dari bank maupun obligasi yang tidak serta-merta harus selalu naik. Sebab, imbuh dia, perusahaan pembiayaan juga bisa mempertahankan suku bunga yang ada di pasar dengan tidak selalu menaikkannya.

Suwandi menjelaskan bahwa umumnya, bagi para debitur yang sudah melakukan perjanjian, maka tidak akan terjadi kenaikan suku bunga. Begitu pula pada saat suku bunga turun. Hal ini lantaran suku bunga yang ditawarkan merupakan suku bunga tetap (fix) pada saat melakukan penandatangan perjanjian kredit.

“Kalaupun ada kenaikan suku bunga, pasti hanya untuk debitur yang baru. Kita lihat dengan keputusan BI [menahan suku bunga], mudah-mudahan fenomena suku bunga yang naik juga tidak terjadi dan masih tetap sama dengan apa yang ada di pasar,” tutup Suwandi.

Sebelumnya, Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo mengatakan bahwa kebijakan untuk mempertahankan suku bunga acuan ini sejalan dengan stance kebijakan moneter untuk memastikan inflasi tetap terkendali dalam kisaran sasaran 3,0±1 persen pada sisa 2023 dan 2,5±1 persen pada 2024.

Selain itu, bank sentral juga menyampaikan bahwa fokus kebijakan diarahkan pada penguatan stabilitas nilai rupiah untuk mengendalikan inflasi barang impor (imported inflation) dan memitigasi dampak rambatan ketidakpastian pasar keuangan global.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Simak berita lainnya seputar topik di bawah ini:
Editor: Pandu Gumilar
Terkini