Bisnis.com, JAKARTA – Konsep mengenai environmental, social dan governance (ESG) di dunia korporasi dan investasi lahir supaya investor mempertimbangkan aspek nonfinansial ketika membeli saham. Perusahaan yang berkinerja baik memiliki kinerja ESG yang tinggi, artinya kinerja ESG berbanding lurus dengan tingkat return investasi.
Pentingnya peran ESG tersebut disampaikan dalam salah satu dialog pada CSR Outlook Leadership Forum 2023 yang diselenggarakan oleh PT Olahkarsa Inovasi Indonesia dan Business Council for Sustainable Development (IBCSD) pada 25 Juli 2023.
Dengan mengusung tema ESG: Moving Towards Sustainable Future, forum ini berperan sebagai media dialog oleh berbagai sektor bisnis untuk terus membangun narasi positif tentang pentingnya aspek ESG sebagai langkah menuju bisnis berkelanjutan. Sebanyak 14 pakar dengan latar belakang pemerintahan, bisnis, dan akademisi menjadi pembicara dalam forum ini.
Co-Founder dan CEO PT Olahkarsa Inovasi Indonesia Unggul Yoga Ananta menyampaikan bahwa CSR Outlook Leadership Forum merupakan forum multi stakeholder untuk berbagai sudut pandang berkaitan dengan isu keberlanjutan dalam framework ESG.
“Diambilnya tema ini tidak terlepas dari tren global mengenai krisis iklim yang juga memiliki korelasi dengan visi Indonesia emas tahun 2045 mengenai ekonomi yang berkelanjutan,” jelad dia dalam keterangan, Rabu (26/7/2023).
Menghadapi dua tantangan ini, Unggul mengatakan bahwa aksi-aksi yang berkaitan dengan isu perubahan iklim dan ekonomi keberlanjutan harus menjadi perhatian seluruh stakeholder.
Dirjen PPKL Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan Sigit Reliantoro dalam kesempatan kali ini bertindak sebagai salah satu pembicara CSR Outlook Leadership Forum 2023.
Dalam pemaparannya, ia menjelaskan bagaimana aspek lingkungan penting untuk dapat disoroti, serta diselenggarakannya public disclosure program for environmental compliance (PROPER). PROPER merupakan upaya penilaian kinerja perusahaan dalam manajemen lingkungan untuk bisnis berkelanjutan.
Ia menjelaskan bahwa semenjak revolusi industri, manusia mengalami kecanduan dengan pertumbuhan ekonomi. Hal ini menimbulkan konsekuensi pada kerusakan alam, kepunahan spesies makhluk hidup, dan ketimpangan sosial.
Maka dari itu, KLHK berupaya merubah fokus pertumbuhan menuju redistribusi kekayaan, serta model pembangunan dari ekstraksi menuju regeneratif atau memperbaiki kondisi alam yang telah rusak. Hal inilah yang kemudian menginspirasi KLHK untuk melakukan PROPER.
Salah satu pembicara lainnya adalah Founder and President Director Institute for Sustainability and Agility (ISA), Maria R Nindita Radyati yang membahas tema ESG: Transforming for long term Value Creation.
Menurutnya latar belakang lahirnya konsep ESG adalah bagaimana agar investor mempertimbangkan aspek nonfinansial ketika membeli saham.
Sebagai konteks, Kofi Annan selaku Sekretaris Jenderal PBB pada 2004 bersama International Financial Corporation (IFC) mengumpulkan 50 CEO di seluruh dunia untuk menyepakati indikator non finansial tersebut. Indikator tersebut adalah ESG yang kemudian terus mengalami transformasi dan revisi hingga yang publik kenal saat ini.
ESG sebagai kriteria yang telah disepakati ini kemudian berlaku untuk seluruh jenis industri. Bagi perusahaan yang sudah go-public, mereka tidak bisa sembunyi sebab terdapat lembaga rating yang menilai kinerja ESG pada perusahaan berdasarkan informasi-informasi yang tersedia di khalayak umum.
Keberadaan lembaga rating ini pada akhirnya menjadi salah satu rujukan dari para investor untuk mempertimbangkan keputusan membeli saham perusahan. Hasil penilaian dan pemeringkatan ini kemudian dipublikasikan oleh lembaga rating tersebut dan tentu menimbulkan keresahan bagi perusahaan tertentu apabila rating nya rendah.
“Dari hasil riset yang dilakukan, ESG berbanding lurus dengan harga saham, perusahaan yang melakukan praktik ESG, harga sahamnya cenderung naik,” jelasnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel