RI Setop Impor Sapi Hidup dari Australia Imbas Temuan Virus LSD

Bisnis.com,01 Agt 2023, 11:35 WIB
Penulis: Ni Luh Anggela
Sapi

Bisnis.com, JAKARTA - Indonesia disebut menghentikan impor sapi hidup dari Australia, imbas ditemukannya penyakit kulit infeksius yang disebabkan oleh virus lumpy skin disease atau LSD. 

Penangguhan tersebut dilakukan kepada sapi hidup yang berasal dari empat fasilitas Australia, beberapa saat setelah sapi hidup tiba di Indonesia. 

“Indonesia telah menghentikan impor sapi hidup dari empat fasilitas Australia setelah penyakit LSD terdeteksi pada sebagian kecil sapi, beberapa saat setelah tiba [di Indonesia],” demikian pernyataan pemerintah Australia, mengutip Reuters, Selasa (1/8/2023).

Menteri Pertanian Murray Watt dalam sebuah pernyataan menyampaikan, Australia bekerja sama dengan Indonesia guna meyakinkan pelaku pasar bahwa semua hewan yang diekspor dari negaranya telah memenuhi syarat-syarat yang ditetapkan Indonesia, termasuk bebas dari LSD.

Watt menambahkan, pengujian diagnostik secara cepat juga telah dilakukan untuk membantu memulihkan ekspor dari fasilitas yang terdampak LSD. Adapun, Australia tetap melakukan ekspor sapi ke Indonesia dari fasilitas lain yang bebas dari LSD. 

Penyakit LSD merupakan penyakit menular yang disebabkan oleh virus dari keluarga Poxviridae. LSD menyerang sapi dan kerbau yang ditularkan melalui gigitan serangga, namun ini tidak menular ke manusia.

Sementara itu, Kepala Petugas Veteriner Australia Mark Schipp tidak menduga sapi-sapi yang diekspor terdeteksi positif ketika tiba di Indonesia.

“Mengingat keberadaan LSD di Indonesia, hasil positif pada sapi setelah mencapai Indonesia tidak terduga,” ujarnya.

LSD pertama kali dilaporkan pada ternak di Indonesia pada awal 2022. Indonesia merupakan pasar terbesar bagi Australia untuk ekspor sapi hidup. Tercatat, Indonesia menyumbang sekitar 56 persen pada 2021-2022, bernilai sekitar A$900 juta. Ini merupakan perdagangan yang sangat diandalkan oleh Australia.

Kendati begitu, Australia tidak memerinci berapa banyak jumlah pengapalan yang akan terkena dampak dari keputusan Indonesia tersebut .

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Simak berita lainnya seputar topik di bawah ini:
Editor: Denis Riantiza Meilanova
Terkini