Miris! Menaker Sebut Internet Cuma Dipakai Buat Buka TikTok Cs

Bisnis.com,03 Agt 2023, 14:46 WIB
Penulis: Dwi Rachmawati
Ilustrasi orang bermain media sosial (2)/unsplash

Bisnis.com, JAKARTA - Menteri Ketenagakerjaan (Menaker) Ida Fauziyah menyebut penggunaan internet untuk keperluan bekerja masih minim. Mayoritas masyarakat Indonesia justru menggunakan internet untuk aplikasi hiburan.

"Ternyata lebih banyak digunakan untuk akses medsos [media sosial], main TikTok terbanyak," ujar Ida saat membuka Symposium on Human Capital Master of Business Administration Universitas Gadjah Mada (MBA UGM), Kamis (3/8/2023).

Ida mengatakan kondisi tersebut menjadi tantangan bagi pemerintah dan seluruh stakeholder terkait. Terutama dalam meningkatkan penggunaan akses internet untuk keterampilan digital.

"Apakah kita mampu mengatasi tantangan digitalisasi ini? Saya jawab mampu, kita harus optimistis mampu," tutur Ida.

Menurutnya, bonus demografi menjadi salah satu berkah yang bisa dimanfaatkan untuk peningkatan talenta digital. Penduduk usia produktif hingga tahun 2035 disebut akan jauh lebih besar daripada penduduk usia nonproduktif.

Ida optimistis Indonesia pada 2035 akan menjadi negara dengan angkatan kerja terbanyak di kawasan Asia Tenggara dan menjadi salah satu yang terbesar di Asia. Bonus demografi harus dikelola dengan baik agar tidak menjadi beban.

"Hanya sedikit negara yang dapat anugerah bonus demografi, hal ini harus dimanfaatkan untuk menumbuhkan perekonomian kita, berkontribusi untuk memperkuat Indonesia Emas 2045," jelas Ida.

Sebelumnya, Ketua Umum Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo), Shinta Widjaja Kamdani dalam pengukuhan anggota pengurus Apindo 2023-2028, Senin (31/7/2023) menuturkan bahwa industri 4.0 telah mentransformasi tatanan pekerjaan dan kebutuhan tenaga kerja masa depan. Shinta menyebut laporan Future of Jobs Report dari World Economic Forum memprediksi 85 juta pekerjaan akan tergantikan mesin.

Kendati demikian, diperkirakan ada 97 juta pekerjaan baru yang muncul dengan tren baru seperti digitalisasi ekonomi. Oleh karena itu, Shinta berujar bahwa beban demografi hanya bisa diubah menjadi bonus demografi jika tingkat produktivitas, pendidikan, dan keterampilan kelompok usia produktif Indonesia menjadi lebih tinggi pada periode 2020-2035.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Simak berita lainnya seputar topik di bawah ini:
Editor: Rio Sandy Pradana
Terkini