Bisnis.com, JAKARTA – Emiten industri kimia gas PT Surya Biru Murni Acetylene Tbk. (SBMA) bersiap masuk bisnis are shipyarf dan petrokimia guna memenuhi kebutuhan likuid yang disebut meningkat.
Direktur Utama SBMA Rini Dwiyanti menyebutkan permintaan sektor manufaktur likuid akan meningkat setidaknya 5 persen setiap bulan. Peningkatan permintaan tersebut sejalan dengan commissioning air separation milik SBMA.
“Saat ini Kami telah mengambil 5 persen dari pasar liquid yang ada di Kalimantan timur dan diestimasikan akan terus meningkat setiap bulannya,” katanya dalam keterangan resmi, dikutip Kamis (3/8/2023).
Rini juga mengklaim SBMA memiliki market share yang stabil dan peluang bisnis yang luas. Pasalnya, SBMA menerima banyak permintaan liquid di antaranya berasal dari proyek Kawasan Industri Kalimantan yang merupakan proyek pemerintah.
Commercial start up air separation plant yang merupakan realisasi penggunaan dana IPO, disebut Rini telah dilakukan pada 27 Juni 2023. Beroperasinya plant tersebut menjadikan produksi likuid SBMA naik menjadi 50 ton per hari. Namun produksi dan penjualan mulai terasa pada Juli dan akan terlihat saat kuartal III/2023.
Di sisi lain, sepanjang semester I/2023, berdasarkan laporan keuangan SBMA mencatatkan pertumbuhan pendapatan usaha tercatat sebesar Rp52,84 miliar naik 14,93 persen dibandingkan dengan periode yang sama tahun sebelumnya sebesar Rp45,98 miliar.
Peningkatan pendapatan seiring dengan naiknya penjualan gas acetylene dan karbondioksida. Rini mengatakan SBMA sangat optimis dengan target kinerja di masa depan dengan kinerja yang kuat.
“Hingga Juni saja kami telah mengalami pertumbuhan produksi sangat positif sehingga membukukan penjualan yang naik menjadi Rp52,8 miliar,” katanya.
Selain itu, beban pendapatan ikut terkerek naik menjadi Rp30,26 miliar dibandingkan dengan sebelumnya yang tercatat sebesar Rp21,03 miliar. Meski demikian, laba bersih tahun berjalan justru turun dan tercatat sebesar Rp851,97 juta dari sebelumnya sebesar Rp5,08 miliar.
SBMA mampu tetap mengontrol posisi liabilitas jangka pendeknya di mana mengalami penurunan jadi Rp28,40 miliar per 30 Juni 2023 dari periode akhir tahun 2022 senilai Rp30,19 miliar.
Sehingga jumlah aset perseroan senilai Rp269,24 miliar itu mayoritasnya masih dikontribusikan oleh ekuitas yang positif di angka Rp210,52 miliar.
Pada periode Januari hingga Juni 2023 ini pos kas yang diperoleh dari aktivitas operasional tercatat positif menjadi pendukung ekuitas senilai Rp3,32 miliar dari sebelumnya minus Rp4,43 miliar.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel