'Harga Mati' Merger Bank MNC (BABP) dan Nationalnobu (NOBU) Milik Hary Tanoe - Riady

Bisnis.com,04 Agt 2023, 07:30 WIB
Penulis: Fahmi A. Burhan & Anggara P.
Logo PT Bank MNC Internasional Tbk. (BABP) dan PT Bank National Nobu Tbk. (NOBU).

Bisnis.com, JAKARTA -- Merger antara PT Bank MNC Internasional Tbk. (BABP) dan PT Bank Nationalnobu Tbk. (NOBU) menjadi point of no return alias harga mati dalam konsolidasi perbankan Tanah Air. 

Dian Ediana Rae, Kepala Eksekutif Pengawas Perbankan Otoritas Jasa Keuangan mengungkapkan merger BABP dan NOBU menjadi perhatian besar di tengah masyarakat. Konsolidasi ini menjadi terobosan karena merupakan aksi korporasi sukarela dan akan dijadikan standar baru dalam penguatan industri keuangan Tanah Air. 

"Saya kira ini percontohan yang sangat baik dua konglomerat bisa melakukan konsolidasi sehingga bisa memberikan kontribusi lebih baik ke dalam sektor keuangan," kata Dian dalam paparan media hasil Rapat Dewan Komisioner (RDK) OJK, Kamis (3/8/2023). 

 Nationalnobu alias NOBU adalah bank yang dikendalikan konglomerasi Lippo alias keluarga Mochtar Riady. Kelompok Lippo baru masuk lagi ke bisnis bank pada 2010 setelah mengakuisisi PT Bank Alfindo Sejahtera. Sebelum krisis keuangan 1998, Lippo adalah konglomerat di balik Bank Lippo yang kini menjadi CIMB Niaga, serta turut membesarkan bank buana yang kini menjadi UOB Indonesia, Bank Panin, dan BCA. 

Saat 2010 diizinkan kembali masuk bisnis bank, Lippo Group mengakuisisi NOBU dengan menggunakan perahu PT Kharisma Buana Nusantara. Dalam perusahaan ini Mochtar Riady memiliki 60 persen, sedangkan sisanya 40 persen digenggam Yantony Nio dari Pikko Group. 

Perjalanan waktu, kepemilikan Lippo melalui entitasnya makin dominan. Dalam laporan kepada Bursa Efek Indonesia (BEI) per 31 Maret 2023, komposisi pemegang saham NOBU entitas Lippo Group yakni PT Putera Mulia Indonesia (21,92 persen), PT Prima Cakrawala Sentosa (16,44 persen), PT Matahari Departement Store Tbk (13,78 persen), PT Star Pacific Tbk (11,77 persen), OCBC Securities Pte Ltd Client A/C (9,77 persen),  Nomura Securities Co Ltd A/C Client (8,11 persen),  PT Inti Anuegrah Pratama (6,38 persen), dan Masyarakat (11,83 persen). 

Sedangkan BABP awalnya merupakan milik Asuransi Jiwa Bersama (AJB) Bumiputera 1912, perusahaan ini kemudian dikuasai oleh ICB Financial Group Holdings AG. Baru pada 2014 lalu, Group MNC yang dikendalikan Hary Tanoesoedibjo masuk menjadi pemegang saham pengendali dengan menggunakan perahu MNC Capital (BCBP) dengan kepemilikan 52,37 persen sejak 2014 lalu. Pemegang saham lain dalam perusahaan ini adalah Winfly Ltd (13,95 persen) dan sisanya adalah publik (33,68 persen). 

Tantangan Merger BABP dan NOBU

Dian menyebut merger dua konglomerasi akan memberikan kekuatan yang lebih serta meningkatkan kepercayaan masyarakat. 

"Kami tidak menangkap komitmen yang kurang dari kedua pelah pihak," katanya meyakini merger akan berlangsung. 

Menurutnya rencana merger kedua bank terus berjalan. Namun, mengenai jangka waktu, merger kedua bank konglomerat itu bisa saja terjadi keterlambatan. 

"Jangka waktu merger memang bisa terjadi keterlambatan, tapi bukan berarti kurangnya komitmen kedua bank," kata. 

Hal-hal yang bisa saja menimbulkan keterlambatan merger bulan ini diantaranya pembahasan mengenai porsi kepemilikan hingga fokus bisnis ke depan dari bank gabungan. 

"Banyak teknis lain yang dibicarakan. Ini pada akhirnya berujung pada proses merger yang baik. Tidak ada persoalan yang timbul setelah merger terjadi," ungkap Dian.

Sebelumnya, Corporate Secretary Bank MNC Heru Sulistiadhi sempat mengatakan merger dilakukan dalam rangka naik kelas menjadi kelompok bank dengan modal inti (KBMI) II.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

  1. 1
  2. 2
Tampilkan semua
Simak berita lainnya seputar topik di bawah ini:
Editor: Anggara Pernando
Terkini