Bisnis.com, JAKARTA - Harga saham emiten bank dalam kelompok badan usaha milik negara (BUMN) atau himpunan bank milik negara (Himbara) ditutup menguat usai Badan Pusat Statistik (BPS) merilis data pertumbuhan ekonomi RI kuartal II/2023 pada hari ini, Senin (7/8/2023).
Sebagai informasi, pertumbuhan ekonomi Indonesia pada kuartal II/2023 tercatat mencapai 5,17 persen (year-on-year/YoY). Capaian produk domestik bruto (PDB) kuartal II/2023 lebih tinggi dibandingkan kuartal I/2023, yaitu 5,03 persen. Capaian ini di atas prediksi para ekonom.
Hasilnya, Indeks Harga Saham Gabungan kemarin (7/8/2023) berhasil menutup perdagangan awal pekan terpakir di zona hijau dan menguat 0,49 persen ke level 6.886.
Melansir data Bloomberg, sebanyak 276 saham menguat, 245 saham melemah, dan 223 saham stagnan. Sepanjang perdagangan hari ini, IHSG bergerak pada kisaran 6.861,76-6.904,35. Kapitalisasi pasar tercatat mencapai Rp10.057 triliun.
Saham BMRI dan BBRI menjadi saham-saham berkapitalisasi pasar besar yang naik tinggi hari ini, dengan masing-masing peningkatan 2,24 persen ke level Rp5.700 dan 1,73 persen ke level Rp5.875. Dua bank Himbara lainnya, meski tak sebesar BMRI dan BBRI, akan tetapi BBTN juga berakhir di zona hijau sedangkan BBNI stagnan.
Tercatat BBTN melaju ke zona hiau 1,55 persen ke level Rp1.310, sementara BBNI mengalami stagnan pada level Rp9.000.
Senior Investment Information Mirae Asset Sekuritas Indonesia Martha Christina menyebut salah satu faktor utama, lantaran adanya net buy asing di saham perbankan yang mendorong asing melakukan net buy untuk saham BMRI dan BBRI.
Dirinya juga menyebut, prospek perbankan tetap positif, walaupun dibayangi penurunan NIM, namun dirinya meyebut kondisi saham yang diprediksikan akan mengalami kenaikan melebihi saham lainnya dari sektor yang sama.
“Kami tetap overweight terhadap sektor ini,” sebutnya pada Bisnis, Senin (7/8/2023)
Sebelumnya Otoritas Jasa Keuangan (OJK) memang sedang mengkaji kebijakan pengendalian margin bunga bersih atau net interest margin (NIM) perbankan yang masih tinggi dan terus naik.
Kepala Eksekutif Pengawas Perbankan OJK Dian Ediana Rae mengatakan kajian tersebut dilakukan untuk mendorong transparansi informasi terkait suku bunga kredit oleh perbankan.
“Kebijakan ini diharapkan dapat berkontribusi dalam mengendalikan NIM perbankan saat ini,” katanya dalam jawaban tertulis, Sabtu (5/8/2023).
Senior Investment Information Mirae Asset Nafan Aji Gusta turut menyampaikan laba saham BUMN juga menjadi penarik minat para investor seiring kuatnya kinerja perusahaan.
Tercatat, PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk. atau BNI (BBNI) telah mencatatkan laba bersih Rp10,3 triliun pada semester I/2023, naik 17 persen secara tahunan (year-on-year/yoy).
PT Bank Mandiri (Persero) Tbk. (BMRI) mengumumkan meraih laba konsolidasi Rp25,23 triliun sepanjang paruh pertama 2023. Capaian laba ini melonjak 24,74 persen dari periode yang sama tahun sebelumnya sebesar Rp20.2 triliun.
Selanjutnya, PT Bank Tabungan Negara (Persero) Tbk. (BBTN) mencatatkan laba bersih sebesar Rp1,47 triliun pada semester I/2023. Jumlah laba bersih ini tumbuh minimalis 0,23 persen secara tahunan (year-on-year/yoy). Sedangkan, untuk PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk. (BBRI) belum mengumukan perolehan laba per semester I/2023 karena tengah melakukan audit.
Dia turut menambahkan, kinerja konsumsi rumah tangga yang tumbuh positif menjadi kunci yang memengaruhi permintaan kredit di sektor perbankan.
Hal senada juga disampaikan Research and Consulting Infovesta Utama Nicodemus Anggi yang menyebut sejauh ini memang data pertumbuhan ekonomi yang diluar ekspektasi lah yang membuat IHSG mencatakan kenaikkan, sehingga mendorong saham saham pun bergerak naik.
Kenaikkan data pertumbuhan ekonomi semakin meyakinkan pelaku pasar dan investor bahwa Indonesia mampu bertahan ditengah ketidakpastian global sekaligus menjadi daya tarik bagi investor.
“Pertumbuhan ekonomi yang positif juga pasti akan membuat kinerja masing masing emiten akan terpapar positif,” sebutnya.
Menurut Nicodemu, saham saham perbankan masih akan memiliki prospek cerah hingga akhir tahun nanti.
“Didukung oleh stabilitas pemulihan ekonomi, pertumbuhan kredit yang masih tumbuh walaupun melambat, daya beli dan konsumsi yang terjaga baik. Hal ini yang memberikan kekuatan bagi daya dorong saham saham perbankan,” tutup Nicodemus.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel