Bisnis.com, JAKARTA - Sejumlah bank getol menyiapkan sejumlah strategi demi menekan rasio kredit bermasalah yang kian membengkak. PT Bank Oke Indonesia Tbk (DNAR), misalnya yang berupaya menjaga rasio NPL tidak lebih tinggi dari tiga persen hingga akhir 2023.
Tercatat, rasio kredit bermasalah (nonperforming loan/NPL) gross Bank Oke naik dari 3,23 persen pada Juni 2022 menjadi 3,6 persen pada Juni 2023. NPL nett juga naik dari 2,3 persen pada Juni 2022 menjadi 2,69 persen pada Juni 2023.
Direktur Kepatuhan Bank Oke, Efdinal Alamsyah menjelaskan sebagian besar peningkatan NPL ini disebabkan oleh nasabah yang merupakan Usaha Kecil Menengah (SME) yang terdampak oleh pandemi Covid-19.
Meskipun bank telah melakukan restrukturisasi kredit beberapa kali sesuai dengan aturan yang ditetapkan oleh Otoritas Jasa Keuangan (OJK), usaha-usaha debitur tersebut masih tetap kesulitan dan tidak mampu pulih.
“Sampai akhirnya, usaha debitur tidak dapat pulih kembali dan debitur akhirnya juga sudah angkat tangan. Tapi, kami pun sudah melakukan pencadangan yang cukup untuk menutup kerugian yang mungkin terjadi,” ujarnya pada Bisnis, Rabu (9/8/2023).
Dirinya pun menjelaskan beberapa hal yang dilakukan oleh bank demi menurunkan NPL. Mulai dari melakukan cesie, melakukan lelang aset berupa tanah dan properti yang dijadikan jaminan hingga melakukan hapus buku.
Dia sendiri tak membocorkan soal target transaksi yang ingin dicapai. Pasalnya, tiap-tiap jaminan menurutnya memiliki kondisi nya berbeda-beda, tergantung lokasi, kondisi jaminan. Bahkan, untuk jaminan yang lebih marketable recovery rate nya lebih baik daripada jaminan yang kurang marketable.
“Saat ini per Juni 2023, jumlah kredit yang diresktrukturisasi baik karena COVID-19 maupun yang bukan disebabkan Covid-19 sekitar 8 persen dari total kredit,” sebutnya.
Adapun, PT Bank Oke Indonesia Tbk. (DNAR) mencatatkan pertumbuhan laba pesat 122,76 persen atau dua kali lipat secara tahunan (year on year/yoy) menjadi Rp11,45 miliar pada semester I/2023.
Berdasarkan laporan keuangan, laba Bank Oke ditopang oleh pertumbuhan pendapatan bunga bersih (net interest income/NII) 38,99 persen yoy menjadi Rp293,62 miliar pada Juni 2023.
Dari sisi intermediasi, bank besutan korporasi keuangan Korea Selatan ini telah menyalurkan kredit Rp8,57 triliun dalam enam bulan pertama tahun ini, tumbuh 27,71 persen yoy.
Tak hanya itu, langkah bersih-bersih kredit macet juga dilakukan PT Bank Tabungan Negara (Persero) Tbk. (BBTN) yang mencatat hunian gedung apartemen menjadi penyumbang utama kenaikan bermasalah perusahaan.
Hal ini tercermin dari rasio kredit bermasalah (nonperforming loan/NPL) gross BBTN menebal 11 bps menjadi 3,66 persen pada Juni 2023. Dampaknya NPL nett bank juga naik 71 bps menjadi 1,75 persen per akhir Juni 2023.
Direktur Utama Bank BTN Nixon LP Napitupulu menyebut, pihaknya menargetkan menurunkan rasio NPL ke level 3,4 persen hingga akhir tahun nanti
“Itu [apartemen] yang kami bangun secara agresif pada 2014-2017 mengalami penjualan drop, dan demand drop [sehingga mendorong kredit bermasalah]. Jadi, kami ingin mendorong kembali kampanye pembelian unit hunian gedung-gedung apartemen sehingga kembali menggairahkan bisnis sektor ini,” sebutnya.
Lebih lanjut, dirinya menuturkan BTN juga teah mengantongi izin dari Otoritas Jasa Keuangan (OJK) untuk melakukan penjualan sejumlah aset-aset kredit bermasalah (NPL)
"Pada umumnya yang kita jual adalah atau apartemen atau hotel yang sudah bermasalah. Kita harapkan terjadi dalam dua tahap ya. Pertama, penjualan aset NPL ini bisa terealisasi Rp1 triliun pada September. Lalu, di akhir tahun nanti Rp1 triliun lagi. Jadi, hasil penjualan NPL bisa keluar Rp2 triliun," katanya.
Selain mengandalkan penjualan aset bermasalah, BTN juga turut melakukan kesepakatan dengan IFG Life terkait pembayaran klaim-klaim tertunda sekitar Rp500 miliar yang ditargetkan selesai sebelum akhir tahun.
Tujuannya adalah agar keluarga dan ahli waris dapat dengan mudah menerima pelunasan kewajiban dari almarhum yang memiliki asuransi Jiwasraya.
"Kita mengharapkan adanya pembayaran dari yang sekarang lagi proses pembayaran dari ex Jiwasraya kurang lebih Rp500 miliar, sehingga keluarga ahli waris itu mudah-udahan sampai akhir tahun mendapatkan kepastian pelunasan kewajiban dari para almarum dan almarhumah yang asuransi nya ditutup pakai Jiwasraya. Ini lagi proses, mudah mudahan ini bisa kita selesaikan sebelum akhir tahun juga," tutupnya.
Dalam hal ini, Senior Vice President Lembaga Pengembangan Perbankan Indonesia (LPPI) Trioksa Siahaan menyebut tantangan yg masih dihadapi bank masih seputar tren kenaikan suku bunga, perlambatan daya beli masyarakat dan fluktuasi harga komoditas.
“Pemulihan ekonomi yang sedang berlangsung tidak sepenuhnya dapat membujuk para pebisnis untuk meningkatkan permintaan kredit. Mereka masih wait and see dalam meningkatkan rencana investasinya ke depan,” ujarnya saat dihubungi Bisnis, Rabu (9/8/2023).
Lebih lanjut, dia mengidentifikasi sektor-sektor yang memiliki potensi meningkatkan risiko NPL. Mulai dari sektor konstruksi, kredit kepemilikan rumah (KPR) non-PNS, korporasi dan Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM).
Untuk mengatasi tantangan ini, Trioksa menekankan perlunya tindakan antisipatif oleh bank. Ini termasuk evaluasi berkala terhadap portofolio kredit untuk mengidentifikasi risiko potensial, serta pendekatan yang lebih selektif dalam menyalurkan kredit kepada peminjam.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel