Bisnis.com, JAKARTA — Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas (SKK Migas) bersama dengan operator Blok Cepu, ExxonMobil Cepu Ltd (EMCL) mempercepat jadwal optimasi pengembangan lapangan (OPL) Banyu Urip ke Februari 2024, setelah sebelumnya ditenggat pada September tahun depan.
Kepala SKK Migas Dwi Soetjipto mengatakan percepatan OPL Banyu Urip itu diharapkan dapat meningkatkan produksi tambahan lapangan sekitar 18.000 barel minyak per hari (bopd) di tengah penyusutan produksi yang serius beberapa tahun terakhir.
“Sekarang itu produksinya Blok Cepu 157 bopd dan dengan potensi yang dua infill dan clastic itu ada kenaikan sekitar 18 ribu, jadi tentu [EMCL] akan kembali jadi [produsen] nomor satu,” kata Dwi saat ditemui selepas penandatangan kontrak rig antara EMCL dengan PT Pertamina Drilling Services Indonesia (PDSI) di kantor SKK Migas, Jakarta, Kamis (10/8/2023).
Adapun, OPL Banyu Urip, yang telah disetujui September 2021 lalu itu, memuat rencana pengeboran 5 sumur infill carbonate dan 2 sumur clastic yang ditargetkan first oil pada 2028 mendatang.
Kementerian ESDM memproyeksikan investasi OPL itu bakal menambah cadangan minyak dari lapangan itu dapat menyentuh di angka 125 juta barel minyak (MMBO).
Hanya saja belakangan, data yang dimiliki SKK Migas menunjukan penurunan potensi tambahan cadangan di level 42 MMBO.
“Setelah eksplorasi dua ini nanti kita lihat, mudah-mudahan cadangan dan reservoir-nya mendukung untuk dapat yang lebih besar,” kata dia.
Sementara itu, kontrak pengadaan rig untuk lapangan Banyu Urip itu dimenangkan oleh PT Pertamina Drilling Services Indonesia (PDSI), dengan kesepakatan 7 sumur tajak nantinya.
Penandatanganan dilakukan oleh Muhammad Nurdin Senior Vice President Production ExxonMobil Indonesia dan Rio Dasmanto Direktur Utama PDSI yang disaksikan Dwi, Deputi Dukungan Bisnis Rudi Satwiko, Deputi Eksploitasi Wahju Wibowo, Presiden ExxonMobil Indonesia Carole Gall dan jajaran terkait.
Di sisi lain, dia memastikan, lembagannya bakal mempercepat kepastian perjanjian jual beli gas dari lapangan pengembanga Banyu Urip untuk mengakselerasi pengerjaan proyek tersebut.
“Saya berjanji untuk menyelesaikan soal harga gas itu pekan ini, sehingga kita dapat menyelesaikan proyek ini dengan berhasil,” kata dia.
Berdasarkan penilaian teknis, cadangan minyak Lapangan Banyu Urip di Blok Cepu telah meningkat lebih dari dua kali lipat menjadi 940 juta barel minyak dari 450 juta barel minyak saat final investment decision (FID). Meski demikian, tingkat produksi minyak dari Lapangan Banyu Urip itu kini sudah mulai menurun secara alamiah.
Kegiatan produksi minyak Lapangan Banyu Urip, Blok Cepu, dimulai pada 2008 dan fasilitas produksi utama mulai dioperasikan pada kuartal IV/2015.
Kontrak Kerja Sama (KKS) Cepu ditandatangani pada 17 September 2005, mencakup wilayah kontrak Cepu di Jawa Tengah dan Jawa Timur.
ExxonMobil Cepu Limited (EMCL), Ampolex Cepu Pte Ltd., PT Pertamina EP Cepu dan empat Badan Usaha Milik Daerah: PT Sarana Patra Hulu Cepu (Jawa Tengah), PT Asri Dharma Sejahtera (Bojonegoro), PT Blora Patragas Hulu (Blora) dan PT Petrogas Jatim Utama Cendana (Jawa Timur) yang tergabung menjadi kontraktor di bawah KKS Cepu.
ExxonMobil memegang 45 persen dari total saham partisipasi Blok Cepu sisanya PEPC 45 persen dan BUMD 10 persen. KKS Cepu ini akan berlanjut hingga 2035.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel