Ekonomi Jepang Tumbuh 6 Persen di Kuartal II/2023, di Atas Proyeksi Ekonom

Bisnis.com,15 Agt 2023, 13:24 WIB
Penulis: Jessica Gabriela Soehandoko
Gunung Fuji terlihat di balik gedung-gedung ketika seorang pengunjung melihat dari dek observasi di Tokyo, Jepang, Jumat, 11 Januari 2019./Bloomberg

Bisnis.com, JAKARTA - Perekonomian Jepang tumbuh lebih cepat dari perkiraan karena adanya lonjakan ekspor yang lebih dari sekadar mengimbangi hasil yang lebih lemah dari perkiraan untuk investasi bisnis dan konsumsi swasta. 

Mengutip Bloomberg, Selasa (15/8/2023) berdasarkan laporan dari Kantor Kabinet Jepang, produk domestik bruto (PDB) tumbuh sebesar 6 persen secara tahunan pada kuartal II/2023 (year-on-year/yoy).

Angka tersebut melampaui perkiraan dari ekonom yang memperkirakan pertumbuhan sebesar 2,9 persen. Ekspor bersih berkontribusi sebesar 1,8 poin persentase terhadap pertumbuhan ekonomi, di atas konsensus ekonom sebesar 0,9 poin. 

Data pada Selasa (15/8) memberikan tanda tambahan bahwa Jepang terus pulih dari pandemi. Tingkat PDB ekonomi tumbuh menjadi 560,7 triliun yen atau sekitar Rp59 kuadriliun, rekor terbesar dan melampaui puncak sebelum pandemi. 

Data positif tersebut sejalan dengan pandangan dari Dana Moneter Internasional (IMF) yang baru-baru ini menaikan prospek pertumbuhan Jepang pada 2023 menjadi 1,4 persen. 

Namun, data PDB yang kuat tersebut datang dengan peringatan lantaran sebagian besar pertumbuhan berasal dari permintaan eksternal. 

“Saya tidak bisa mengatakan semuanya baik ketika saya melihat isinya. Hanya ekspor bersih yang jauh melampaui estimasi sementara konsumsi melemah dan tetap di bawah level sebelum pandemi,” jelas kepala riset ekonomi di NLI Research Institute, Taro Saito. 

Saito juga menambahkan bahwa hal tersebut tidak akan menjadi faktor untuk menggerakan bank sentral Jepang (BOJ) menuju normalisasi kebijakan. 

Ekonom Bloomberg Taro Kimura juga mengatakan bahwa yang menjadi masalah adalah data tersebut didorong oleh ekspor. 

“Satu-satunya masalah — itu semua didorong oleh ekspor dan menutupi kondisi sulit dalam permintaan domestik. Penurunan konsumsi, meskipun ada penarik dari pembukaan kembali tahun ini, mencerminkan dampak upah yang tertinggal jauh dibelakang inflasi yang didorong oleh biaya," jelasnya. 

Dalam laporan Outlook terbaru, BOJ juga mencatat bahwa permintaan eksternal mungkin menurun di bulan-bulan mendatang. 

BOJ mengatakan bahwa ekspor dan produksi diproyeksikan akan dipengaruhi oleh pertambatan pemulihan ekonomi luar negeri, yang sebagian besar diakibatkan dari dampak tekanan inflasi global, dan kenaikan suku bunga kebijakan oleh bank sentral. 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Simak berita lainnya seputar topik di bawah ini:
Editor: Aprianto Cahyo Nugroho
Terkini