Pembicaraan Putin dan Militer Mali Picu Kekhawatiran Barat

Bisnis.com,16 Agt 2023, 15:10 WIB
Penulis: Erta Darwati
Presiden Rusia Vladimir Putin, Sabtu (24/6/2023), menegaskan bahwa pemberontakan bersenjata oleh tentara bayaran Grup Wagner adalah pengkhianatan dan ahrus dihukum./Reuters

Bisnis.com, JAKARTA - Pertemuan Presiden Rusia Vladimir Putin dengan pemimpin militer Mal menimbulkan kekhawatiran di antara pemerintah Barat, akan meningkatnya pengaruh Rusia di wilayah Sahel Afrika Barat.

Melansir Reuters, pemimpin militer Mali Assimi Goita di platform media sosial X mengatakan bahwa Putin menekankan pentingnya resolusi damai untuk Sahel yang lebih stabil. 

Sementara itu, juru bicara Pentagon Sabrina Singh mengatakan pemerintahan Presiden Amerika Serikat (AS) Joe Biden berkomitmen pada resolusi diplomatik, dan mengatakan Niger adalah mitra yang tidak akan hilang.

Saat Rusia dan AS menyerukan resolusi damai, junta Niger mengatakan bahwa pihaknya terbuka untuk pembicaraan guna menyelesaikan krisis regional yang disebabkan oleh kudeta militer bulan lalu itu, pada Selasa (15/8/2023). 

Kekuatan Barat dan pemerintah Afrika yang demokratis telah meminta pemimpin kudeta Niger untuk mengembalikan presiden terguling Mohamed Bazoum, yang telah ditahan sejak 26 Juli lalu. 

Akan tetapi, para pemimpin militer Niger yang mengkudeta negara itu telah menolak upaya negosiasi.

Panglima militer Afrika Barat akan bertemu di Ghana untuk mempersiapkan kemungkinan intervensi militer, pada Kamis dan Jumat (18/8/2023). 

Komunitas Ekonomi Negara Afrika Barat (ECOWAS) mengancam akan intervensi militer jika diplomasi yang dilakukan gagal. 

Setiap intervensi militer dapat semakin mengguncang Sahel yang miskin, di mana pemberontakan oleh kelompok-kelompok yang terkait dengan al Qaeda dan Negara Islam telah membuat jutaan orang mengungsi selama dekade terakhir dan memicu krisis kelaparan.

Perdana Menteri yang diangkat oleh militer Niger Ali Mahamane Lamine Zeine mengatakan terkait pihaknya yang terbuka untuk berbicara dengan semua pihak atas kudeta di negara itu. 

"Kami sedang dalam proses transisi. Kami telah menjelaskan seluk beluk, menegaskan kembali kesediaan kami untuk tetap terbuka dan berbicara dengan semua pihak, tetapi kami mendesak negara untuk merdeka," katanya. 

Dia berbicara setelah melakukan perjalanan untuk menemui Presiden Chad Mahamat Deby, yang melakukan kudeta pada 2021.

Kudeta Niger adalah yang ketujuh di Afrika Barat dan Tengah dalam 3 tahun. Kudeta ini telah menyedot kekuatan internasional dengan kepentingan strategis di kawasan.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Simak berita lainnya seputar topik di bawah ini:
Editor: Edi Suwiknyo
Terkini