Bisnis.com, JAKARTA - PT Bank Syariah Indonesia Tbk. (BRIS) menyatakan perseroan belum mengambil keputusan apapun terkait akuisisi dan menjadi pemegang saham BTN Syariah.
Corporate Secretary PT Bank Syariah Indonesia Tbk (BSI) Gunawan A. Hartoyo mengungkapkan perseroan masih terus mengkaji dan belum mengambil keputusan apapun terkait rencana aksi korporasi yang melibatkan Unit Usaha Syariah (UUS) BTN.
“Sehubungan dengan pemberitaan di media tentang aksi korporasi yang akan dilakukan terhadap UUS BTN yang melibatkan BSI, kami sampaikan bahwa hingga saat ini kami belum membuat keputusan apapun terkait hal tersebut,” katanya dalam keterangan tertulis, Selasa (15/8/2023).
Menurutnya, sebagai perusahaan terbuka, BSI senantiasa tunduk pada ketentuan Pasar Modal, dimana informasi material baru akan dipublikasikan jika telah ada kepastian, dalam rangka mendukung prinsip keterbukaan informasi bagi pemegang saham.
Adapun, saat ini kata Gunawan, BSI tengah fokus untuk memperkuat bisnis secara organic guna mendukung visi menjadikan BSI sebagai salah satu top ten global Islamic Bank.
Seperti diketahui, pada triwulan I/2023, BSI berhasil mencatatkan pertumbuhan laba bersih hingga 47,6 persen (YoY) menjadi Rp1,46 triliun.
Capaian laba bersih tersebut berasal dari pendapatan jual beli Rp 2,98 triliun, pendapatan dari bagi hasil Rp1,39 triliun, pendapatan dari ijarah - bersih Rp 56,18 miliar, dan pendapatan usaha utama lainnya Rp964,73 miliar.
Sementara itu, Wakil BUMN I Kartika Wirjoatmodjo mengonfirmasi kabar BSI akan masuk sebagai pemegang saham usai melakukan spin-off.
“Jadi BTN akan men-spin-off dengan mencari cangkang perusahaan perbankan syariah yang eksisting, memindahkan asetnya yang cukup besar itu, berarti BSI masuk sebagai pemegang saham di sana. Jadi two step,” ujar pria yang akrab disapa Tiko.
Kendati demikian, Tiko mengatakan masuknya BSI belum ditentukan akan menjadi pemegang saham pengendali atau tidak untuk BTN Syariah.
“Belum tahu, ini masih baru konsep saja,” imbuhnya.
Lebih lanjut, Tiko menambahkan pemisahan UUS BTN harus dilakukan dengan hati-hati. Pasalnya, baik BTN maupun BSI merupakan perusahaan publik.
Di sisi lain, Direktur Utama PT Bank Tabungan Negara (Persero) Tbk. Nixon LP Napitupulu memang menyampaikan komitmennya untuk melaksanakan spin off pada UUS miliknya yakni BTN Syariah yang akan diikuti dengan konsolidasi PT Bank Syariah Indonesia Tbk. (BRIS).
"Skemanya kan pertama spin off, lalu diujung akan dikerja samakan ke BSI, karena tidak mungkin pengalihan aset kita laksanakan sendiri, ada risiko yang cukup besar kalau polanya pengalihan aset, sehingga kita sepakati dengan BUMN untuk spin off dulu. Nanti equity-nya kerja sama dengan BSI," ujarnya saat ditemui Bisnis dalam agenda Akad Massal KPR Bank BTN, Selasa (8/8/2023).
Sejauh ini, dia menyebut tengah melakukan proses negosiasi atas kesepakatan jual beli dengan suatu bank. Nixon menargetkan akuisisinya selesai pada akhir 2023. Namun, Nixon enggan memberikan bocoran lebih lanjut mengenai bank yang akan diakuisisi.
"Karena, kami tidak mengejar buat PT baru, tetapi kita pilih dengan akuisisi salah satu bank dan itu jadi syariah. Lalu, BSI akan masuk sebagai salah satu pemegang saham," ujarnya.
Peneliti Lembaga ESED dan Praktisi Perbankan BUMN Chandra Bagus SulistyoBSI menilai pentingnya menjalankan proses akuisisi secara bertahap. Hal ini lantaran, baik BSI maupun BTN adalah perusahaan publik,
“Proses [akuisisi] harus dikelola dengan hati-hati, untuk menghindari ketidakpastian atau masalah yang mungkin merugikan baik BSI maupun BTN. Persepsi investor juga harus dijaga, sehingga risiko pasar yang mungkin timbul akibat akuisisi dapat diminimalkan,” katanya saat dihubungi Bisnis, Selasa (15/8/2023).
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel