Awas! Serangan Social Engineering Incar Data Pribadi Nasabah

Bisnis.com,21 Agt 2023, 16:15 WIB
Penulis: Rika Anggraeni
Road to Bisnis Indonesia Financial Award (BIFA) 2023 secara virtual, Senin (21/8/2023)

Bisnis.com, JAKARTA — Otoritas Jasa Keuangan (OJK) mengungkapkan modus serangan siber social engineering alias soceng menjadi tantangan di sektor keuangan, khususnya di perbankan.

Deputi Direktur Direktorat Penelitian Departemen Pengaturan dan Pengembangan Perbankan (DPNP) OJK M. Zulkifli Salim menuturkan salah satu tantangan transformasi digital di industri jasa keuangan adalah risiko kebocoran data nasabah.

Zulkifli mengatakan kasus cyber fraud yang terjadi dari sisi nasabah umumnya merupakan kasus pembobolan rekening nasabah.

Menurutnya, para peretas (hacker) maupun serangan siber untuk menyerang perbankan relatif lebih susah. Hal ini lantaran masifnya teknologi, investasi, hingga keamanan yang diadopsi perbankan.

“Mereka [hacker] mencoba mencari dari sisi social engineering, makanya soceng salah satu bentuk human hacking yang dilakukan hacker untuk mendapatkan data-data pribadi sehingga bisa menggunakan atau membobol rekening korban soceng,” kata Zulkifli dalam webinar bertajuk Road to Bisnis Indonesia Financial Award (BIFA) 2023 secara virtual, Senin (21/8/2023).

Adapun, OJK menyebut tren serangan siber di Indonesia dari tahun ke tahun terus mengalami peningkatan. Bahkan, pada 2021 mengalami peningkatan tiga kali lipat dari tahun sebelumnya dari 495,3 juta serangan menjadi 1,64 miliar serangan.

Data BSSN menunjukkan, sepanjang 2021, sektor keuangan menempati posisi kedua tertinggi sebagai target serangan siber, setelah pada 2020 berada di posisi pertama.

Meski menduduki posisi kedua, secara umum, gangguan dan kerugian yang ditimbulkan dari serangan siber di sektor jasa keuangan masih menempati posisi tertinggi.

“Karena where the money is? Banyak serangan yang dilakukan itu karena berpikir bank adalah tempat di mana uang itu berada,” ujarnya.

Lebih lanjut, Zulkifli menyampaikan bahwa Indonesia menempati posisi pertama di antara negara ASEAN untuk serangan malware dengan jumlah 1,3 juta kasus pada 2021. Angka ini hampir setengah dari jumlah seluruh serangan di ASEAN.

“Kita harus safeguard dari sisi cyber security, karena data-datanya menunjukkan seperti ini,” tandasnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Simak berita lainnya seputar topik di bawah ini:
Editor: Annisa Sulistyo Rini
Terkini