Bisnis.com, JAKARTA – Sejumlah ekonom perbankan memperkirakan Bank Indonesia (BI) masih akan terus menahan suku bunga acuan atau BI-7 Day Reverse Repo Rate (BI-7DRR) 5,75 persen pada Agustus 2023 dan sepanjang tahun ini.
Ekonom Bank Danamon Irman Faiz menyampaikan dengan kondisi global yang masih tidak pasti, penurunan BI-7DRR belum menjadi pilihan meski inflasi sudah berada dalam sasaran 3,0±1 persen.
“Menurunkan suku bunga belum menjadi opsi dengan kondisi global sekarang. Paling cepat kami lihat awal kuartal dua tahun depan jika The Fed sudah mulai cut rate juga,” ujarnya kepada Bisnis, Rabu (23/8/2023).
Pada Juli 2023, Federal Reserve (The Fed) kembali mengerek suku bunga acuan (Fed Funds Rate/FFR) sebesar 25 basis poin menjadi 5,25-5,5 persen.
The Fed juga diperkirakan masih akan menaikkan satu hingga dua kali lagi FFR sepanjang 2023.
Sementara itu, Kepala Ekonom PT Bank Central Asia Tbk. atau Bank BCA (BBCA) David E. Sumual melihat dengan inflasi yang mengarah ke level 2 persen pada akhir kuartal III/2023, memperkuat alasan BI untuk menahan suku bunga acuannya.
Setidaknya, suku bunga dengan tingkat 5,75 persen dipertahankan hingga akhir tahun selagi memantau kebijakan The Fed.
Menurut David, kondisi external balance Indonesia memiliki kecenderungan lemah karena harga komoditas yang masih stagnan sehingga BI juga belum akan menurunkan bunga sampai akhir tahun.
“Kelihatannya [suku bunga acuan] masih higher for longer karena ancaman eksternal. Paling cepat awal tahun depan [turun],” jelasnya, Rabu (23/8/2023).
Sebelumnya, BI melaporkan defisit neraca pembayaran Indonesia (NPI) senilai US$7,4 miliar. Hal ini disebabkan oleh defisitnya neraca transaksi modal dan finansial serta defisit transaksi berjalan.
Kondisi ini dipengaruhi penurunan ekspor nonmigas yang sejalan dengan penurunan harga komoditas dan komplikasi ekonomi global.
Defisit transaksi berjalan senilai US$1,9 miliar akibat tertekan oleh transaksi jasa yang defisit sekitar US$4 miliar karena defisit jasa transportasi barang, jasa telekomunikasi, dan asuransi.
Sementara itu, Kepala Ekonom PT Bank Mandiri Tbk. (BMRI) Andry Asmoro menyampaikan hal senada bahwa BI baru akan melakukan pelonggaran suku bunga acuan pada kuartal II/2024, seiring dengan penurunan dari The Fed.
Andry memproyeksikan hingga Maret 2024, mayoritas ekspektasi pasar masih melihat suku bunga acuan the Fed akan tetap berada pada tingkat 5,5 persen. Meskipun ada kemungkinan kenaikan suku bunga, peningkatan tersebut akan terbatas hanya hingga 5,75 persen. Kemudian, pada Mei 2024 ada ekspektasi penurunan the Fed.
The Fed sendiri, lanjutnya, memiliki target kenaikan hingga 5,75 persen. Kemudian pada 2024 turun ke level 4,75 persen dan pada 2025 turun sebanyak 125 basis poin (bps) ke level 3,5 persen.
“Overall sebenarnya Fed Fund Rate kalau naikpun tinggal sekali lagi di 5,75 persen. Kita lihat masih kecil perkembangan atau probabilitas ke arah 6 persen. Dan kalau kita lihat di closing-nya pada 2024 market itu ekspektasinya sampai sekarang yaitu di 4,5 persen, jadi ini selalu bergerak” katanya dalam Media Gathering & Presentasi Macroeconomic Outlook, Selasa (22/8/2023).
Adapun, Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo akan mengumumkan naik/turun BI-7DRR dalam hasil Rapat Dewan Gubernur (RDG) pada Kamis, 24 Agustus 2023.
Meski inflasi Juli mencapai 3,08 persen (yoy), BI melihat kebijakan mempertahankan suku bunga ini konsisten dengan stance kebijakan moneter untuk memastikan inflasi tetap terkendali dalam kisaran sasaran 2-4 persen pada sisa 2023.
“Bagaimana implikasinya [penurunan inflasi Juli 2023] ke suku bunga BI ke depan? Nanti waktu RDG [Agustus] akan dijelaskan,” katanya dalam konferensi pers Komite Stabilitas Sistem Keuangan (KSSK), Selasa (1/8/2023).
Adapun, Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo akan mengumumkan hasil Rapat Dewan Gubernur (RDG) pada Kamis, 24 Agustus 2023.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel