Bos BI Ungkap 'Jamu' untuk Stabilisasi Rupiah, Ternyata..

Bisnis.com,24 Agt 2023, 18:55 WIB
Penulis: Annasa Rizki Kamalina
Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo menyampaikan paparan saat konferensi pers Hasil Rapat Dewan Gubernur Bank Indonesia di Jakarta, Kamis (16/2/2023). Bisnis/Arief Hermawan P

Bisnis.com, JAKARTA – Bank Indonesia (BI) mengungkapkan strategi atau "jamu" unguk menjaga nilai tukar rupiah yang loyo akibat menguatnya dolar AS. 

Gubernur Bank Indonesia (BI) Perry Warjiyo mengatakan 'rahasia' memperkuat stabilisasi nilai tukar rupiah bukan melalui suku bunga, namun intervensi di pasar valas dengan fokus pada transaksi spot dan Domestic Non-Deliverable Forward (DNDF). 

Perry menjelaskan saat ini ekonomi China terus melemah. Di sisi lain, sikap dovish Bank Sentral Jepang terhadap kebijakan moneternya. Kondisi tersebut, lanjutnya, mendorong dolar AS terus menguat. 

“Bagaimana mencapai stabilitasnya [nilai tukar rupiah]? Jamunya bukan suku bunga, jamunya adalah intervensi di spot maupun domestic non-delivery forward, intervensi valas. Itu yang kami terus stabilkan dan Alhamdulillah rupiah kita meskipun agak melemah di saat seluruh dunia melemah, tapi pelemahan kita rendah,” jelasnya dalam konferensi pers Rapat Dewan Gubernur (RDG), Kamis (24/8/2023). 

Berdasarkan asesmen BI, peningkatan ketidakpastian pasar keuangan global menyebabkan nilai tukar Rupiah pada Agustus 2023 (sampai dengan 23 Agustus 2023) secara point-to-point melemah sebesar 1,41 persen dibandingkan dengan akhir Juli 2023. 

Sementara secara year-to-date (ytd), rupiah tercatat masih menguat sebesar 1,78 persen dari level akhir Desember 2022. 

Bahkan, bila membandingkan dengan Rupee India yang menguat 0,07 persen, rupiah mengalami apresiasi yang lebih tinggi. Sedangkan Baht Thailand dan Peso Filipina yang masing-masing mengalami depresiasi sebesar 1,31 persen dan 1,77 persen.

Ke depan, Bank Indonesia memprakirakan stabilitas nilai tukar Rupiah tetap terjaga sejalan dengan persepsi positif investor terhadap prospek perekonomian Indonesia, inflasi yang rendah, dan imbal hasil aset keuangan domestik yang menarik.

Sekuritas Rupiah Bank Indonesia

Untuk itu selain memperkuat rupiah dengan intervensi di spot maupun DNDF, BI menerbitkan instrumen baru, yakni Sekuritas Rupiah Bank Indonesia (SRBI) sebagai instrumen OM (kontraksi) yang pro-market. 

Perry menuturkan tujuan penerbitan SRBI yaitu, dalam rangka memperkuat upaya pendalaman pasar uang, mendukung upaya menarik aliran masuk modal asing dalam bentuk investasi portofolio, serta untuk optimalisasi aset Surat Berharga Negara (SBN) yang dimiliki Bank Indonesia sebagai underlying.

“Kita keluarkan SRBI untuk sekuritisasi dari  SBN yang dimiliki oleh BI. BI punya lebih dari Rp1.000 triliun SBN, ini dijadikan underlying. Kita terbitkan SRBI dengan tenor jangka pendek sampai dgn 12 bulan,” tambahnya. 

Selain itu, adanya implementasi instrumen penempatan valas Devisa Hasil Ekspor (DHE) SDA sejalan dengan PP No. 36/2023 dipercaya akan menambah cadangan devisa dan memperkuat rupiah. 

Sementara itu, Kepala Ekonom PT Bank Mandiri Tbk. (BMRI) Andry Asmoro meyakini bahwa pelemahan rupiah bersifat temporer karena adanya sentiment Fed Fund Rate (FFR) yang diperkirakan naik pada September mendatang. 

“Rupiah akan kembali normal setelah September FOMC meeting seharusnya,” ujarnya kepada Bisnis, Kamis (24/8/2023).

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Simak berita lainnya seputar topik di bawah ini:
Editor: Feni Freycinetia Fitriani
Terkini