Bisnis.com, JAKARTA – Pembobolan rekening nasabah di era transformasi digital kian beragam. Bank-bank digital pun gencar menyiapkan strategi untuk mengantisipasinya.
Sebagaimana diketahui, berbagai modus baru pembobolan rekening bank memang bermunculan. Salah satu modus terbaru pembobolan rekening bank yang marak yakni dengan aplikasi berkedok undangan pernikahan. Pelaku akan mengirimkan undangan sesuai dengan nama lengkap korban hingga gelar pendidikan.
Apabila korban terpancing dan membuka undangan, pelaku akan dapat mengambil alih ponsel korban dengan bermodal program remote access trojan (RAT) yang telah ditanamkan di dalam apikasi undangan tersebut.
Adapun pembobolan rekening dengan skema RAT telah terjadi dalam berbagai kemasan. Sebelumnya sempat viral, pelaku berpura-pura sebagai kurir paket dan mengirimkan foto kepada korban, yang ternyata adalah sebuah aplikasi. Modus tersebut disebut sebagai modus sniffing.
Digital Banking Head PT Bank BTPN Tbk. (BTPN) Irwan Tisnabudi mengatakan Jenius milik BTPN juga kerap kali diterpa isu terkait dengan pembobolan rekening. Terbaru, salah satu nasabah BTPN membagikan pengalaman pahitnya usai kartu kredit Jenius miliknya diduga terkena pembobolan.
Dalam informasi yang diunggah di media sosial, nasabah tersebut mendapat tagihan senilai Rp22 juta atas transaksi yang tidak dia lakukan.
Meski begitu, menurutnya semua kejadian dan dugaan pembobolan tersebut bukanlah kelemahan atas sistem atau infrastruktur digital di Jenius. "Sejak dari 2021 marak kejadian pembobolan dan muncul berita yang bombastis sekali, padahal itu adalah social engineering [rekayasa sosial]," ujarnya dalam acara konferensi pers beberapa waktu lalu.
Pada beberapa tahun ke belakang misalnya ada kasus pelaku pembobolan rekening yang menjalankan praktik dengan berpura-pura sebagai pegawai BTPN. "Dia minta kode OTP [one time password] dan ini karena nasabah belum aware," ujarnya.
Maka dari itu, Jenius pun terus melakukan upaya-upaya edukasi dan literasi keamanan digital secara terus menerus. Di sisi sistem, beragam inisiatif pun terus dikembangkan Jenius, misalnya, terdapat proteksi pada kode keamanan atau CVV dan CVC di kartu kredit bank.
Strategi mencegah pembobolan era digital juga dilakukan oleh PT Bank BCA Digital atau Blu by BCA Digital. Direktur Utama BCA Digital Lanny Budiati menuturkan pihaknya terus mengembangkan arsitektur teknologi yang tepat guna dan mengimplementasikan teknologi terbaru, termasuk untuk sistem pengamanan siber demi menjaga keamanan data maupun aktivitas transaksi nasabah.
"Di BCA Digital, teknologi memegang peranan yang cukup krusial, di mana bank beroperasi secara full digital, tanpa cabang. BCA Digital sangat mengandalkan penggunaan teknologi," ujarnya kepada Bisnis.
Lanny menambahkan sebagai bagian dari Grup PT Bank Central Asia Tbk.(BBCA), BCA Digital akan selalu bersinergi dengan BCA untuk menerapkan standar kualitas produk perbankan.
"[Untuk menciptakan sistem] yang secure and reliable, dengan tujuan agar nasabah dapat melakukan aktivitas perbankan dengan lancar, aman dan nyaman cukup lewat smartphone mereka. Hal ini adalah hal yang dicari," tuturnya.
Sekretaris Perusahaan PT Bank Raya Indonesia Tbk. (AGRO) Ajeng Putri Hapsari mengatakan Bank Raya juga melakukan upaya mencegah pembobolan rekening nasabah dengan monitoring rutin memanfaatkan teknologi kecerdasan buatan (artificial intelligence/AI).
Selain dari sisi teknologi, Bank Raya juga edukasi kepada nasabah. "Dalam mendukung upaya perlindungan data dan transaksinya, nasabah dapat melakukannya dengan selalu menjaga kerahasiaan data pribadi, seperti nomor kartu, PIN, CVV/CVN, OTP/token, serta berhati-hati dalam melakukan transaksi," katanya kepada Bisnis.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel