Bisnis.com, JAKARTA – Bank Indonesia (BI) bersiap meluncurkan Sekuritas Rupiah BI (SRBI) sebagai upaya pendalaman rupiah dan menarik modal asing ke RI pada 15 September 2023.
Kepala Departemen Pengelolaan Moneter BI Edi Susianto menyampaikan instrumen operasi moneter ini memiliki banyak keunggulan dari instrumen lainnya, seperti Reverse Repo Surat Berharga Negara (RR SBN) dan Sertifikat Bank Indonesia (SBI).
Pada dasarnya, SRBI adalah surat berharga dalam mata uang rupiah yang diterbitkan oleh BI sebagai pengakuan utang berjangka waktu pendek dengan menggunakan underlying asset berupa Surat Berharga Negara (SBN) milik Bank Sentral.
Edi menjelaskan bahwa SRBI lebih menarik karena lebih kompatibel, bukan hanya untuk banking system seperti RR SBN, tetapi juga cocok untuk investor nonbank domestik dan asing yang dapat diperdagangkan di pasar sekunder.
Selain itu, SRBI juga tetap menggunakan diskonto yang menarik dari sisi persentase dan bersaing dengan instrumen lainnya. Terlebih kebijakan pro market ini menyediakan tenor 1 minggu hingga 12 bulan.
“Kuponnya masih menggunakan pendekatan diskonto, berapa rate-nya? Sama, tidak beda dengan RR SBN saat ini,” katanya dalam Taklimat Media BI, Senin (28/8/2023).
Edi menyampaikan pada hasil lelang terakhir, untuk tenor 12 bulan RR SBN sebesar 6,42 persen dan cukup menarik untuk memberikan imbal hasil yang baik.
Lebih lanjut, SRBI dapat menjadi pilihan investor di tengah ketidakpastian global yang cukup tinggi. Pasalnya, dalam kondisi tersebut, investor menginginkan instrumen yang terpercaya dan memiliki risiko yang rendah.
Kepala Departemen Pendalaman Pasar Keuangan BI Dony Hutabarat menambahkan bahwa SRBI mampu diperdagangkan di pasar dan menjadi solusi dari pengelolaan likuiditas antarpelaku usaha.
“Jadi SRBI ini risikonya rendah, karena dia money market, tenor 1-12 bulan, sehingga ini menjadi pilihan yang baik dan momentumnya tepat, untuk itu BI meluncurkan ini. Fitur yang menarik, bahwa ini instrumen rupiah yang kredibel bisa diperdagangkan antar pelaku pasar domestik dan asing,” tambahnya.
Sebelumnya, Gubernur BI Perry Warjiyo menjelaskan bahwa SRBI menjadi sekuritas dari SBN yang dimiliki BI sebanyak Rp1.000 triliun.
Perry menyampaikan bahwa SRBI menjadi salah satu instrumen untuk memitigasi kenaikan fed fund rate (FFR) akibat fenomena strong dollar dan memicu capital outflow. Pada akhirnya, kebijakan ini untuk menjaga stabilitas nilai tukar rupiah.
“Bagaimana memitigasi kenaikan FFR strong dollar? Satu intervensi di spot. Dua memperbanyak mengimplementasikan instrumen penempatan DHE SDA. Ketiga, menerbitkan SRBI sebagai operasi moneter instrumen yang pro market pendalaman pasar uang, underlying-nya SBN dan bisa menarik untuk investasi portfolio dan karenanya untuk mendukung stabilisasi nilai tukar rupiah,” ujarnya dalam Rapat Dewan Gubernur (RDG) BI, Kamis (24/8/2023).
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel