Bisnis.com, JAKARTA — Emiten leasing PT Adira Dinamika Multi Finance Tbk. (ADMF) atau Adira Finance menyatakan perusahaan akan melihat kebutuhan pendanaan ke depan sebelum memutuskan rencana menerbitkan obligasi pada semester II/2023.
Chief Financial Officer (CFO) Adira Finance Sylvanus Gani Mendrofa mengatakan bahwa pada tahun-tahun sebelumnya, Adira Finance biasanya menerbitkan obligasi sebanyak 1–2 kali dalam setahun.
“Terkait rencana penerbitan obligasi dan sukuk, Adira Finance terus mengamati kondisi bisnis terkini dan kebutuhan pendanaan ke depannya,” kata Gani kepada Bisnis belum lama ini.
Gani mengatakan selain dari pinjaman eksternal melalui penerbitan obligasi dan sukuk, emiten bersandi saham ADMF itu memiliki pembiayaan bersama (joint financing) dengan perusahaan induk, Bank Danamon. Serta, penerimaan pinjaman dari bank sebagai bagian dari strategi diversifikasi pendanaan Adira Finance untuk mendapatkan pendanaan yang lebih kompetitif.
Pada semester I/2023, Gani menyampaikan Adira Finance menerbitkan obligasi dan sukuk masing-masing sebesar Rp1,7 triliun untuk obligasi dan Rp300 miliar untuk sukuk.
“Nilai tersebut sama dengan nilai penerbitan obligasi dan sukuk di semester I/2022 dan sesuai dengan rencana perusahaan,” ungkapnya.
Sebelumnya, PT Pemeringkat Efek Indonesia (Pefindo) mencatat penerbitan surat utang di perusahaan multifinance semester I/2023 sedikit lebih rendah jika dibandingkan dengan periode yang sama tahun sebelumnya.
Penerbitan multifinance adalah sebesar Rp15,11 triliun pada semester I/2023, sedikit turun dibandingkan dengan semester I/2022 sebesar Rp15,65 triliun.
Economic Research Analyst Pefindo Ahmad Nasrudin mengatakan penurunan penerbitan surat utang di industri multifinance salah satunya dipengaruhi kondisi suku bunga yang lebih tinggi jika dibandingkan dengan tahun lalu.
“Suku bunga tinggi membuat biaya pendanaan menjadi lebih mahal,” ujar Ahmad kepada Bisnis, Rabu (23/8/2023).
Ahmad menyebut kenaikan suku bunga juga berkontribusi pada peningkatan leverage keuangan. Oleh karena itu, tingginya suku bunga ini juga berpotensi untuk menahan pertumbuhan konsumsi masyarakat, sehingga mempengaruhi bisnis industri multifinance.
“Kami melihat lingkungan bunga tinggi masih menjadi faktor risiko bagi penerbitan surat utang oleh industri multifinance pada tahun 2023,” tuturnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel