Bisnis.com, JAKARTA — Bak menaiki wahana roller coaster, rasio beban operasional terhadap pendapatan operasional (BOPO) yang terjadi di industri pembiayaan (multifinance) atau leasing mengalami tren fluktuasi.
Data Otoritas Jasa Keuangan (OJK) menunjukkan, rasio BOPO industri multifinance turun dibandingkan posisi Mei 2023 di level 78,40 persen menjadi 77,85 persen pada Juni 2023.
Jika dilihat sepanjang enam bulan pertama 2023, rasio BOPO menanjak di industri perusahaan pembiayaan pada Januari sebesar 79,48 persen dan turun ke 76,61 persen pada Februari.
Namun, angka ini kembali menanjak pada Maret dan April yang masing-masing berada di level 78,06 persen dan 78,78 persen.
Asosiasi Perusahaan Pembiayaan Indonesia (APPI) mengatakan bahwa ada banyak hal yang dapat mempengaruhi rasio BOPO, salah satunya naiknya rasio kredit bermasalah (non-performing financing/NPF) lantaran perusahaan pembiayaan yang mengerek pencadangan.
“Tapi, kami melihat BOPO turun dengan sangat baik daripada saat Covid-19 yang lebih dari mencapai 92 persen dan sekarang di angka 78 persen, itu di angka yang sangat-sangat baik,” ujar Suwandi saat dihubungi Bisnis, Kamis (31/8/2023).
Suwandi menjelaskan BOPO merupakan rasio untuk mengukur efisiensi dari biaya operasional. Menurutnya, jika suatu perusahaan memiliki rasio BOPO di atas industri, bukan berarti perusahaan tersebut buruk.
“Bukan berarti BOPO itu kalau di atas industri [pertanda] buruk. Kalau dalam proses tumbuh, maka pasti akan ada hal-hal di mana pengeluaran yang lebih besar dulu sebelum pendapatannya muncul,” jelasnya.
Tren Turun
Perusahaan pembiayaan PT Mandiri Utama Finance (MUF) mencatatkan tren penurunan rasio BOPO pada semester I/2023.
Direktur Utama Mandiri Utama Finance Stanley S. Atmadja mengatakan rasio BOPO MUF pada Desember 2022 berada di level 83,01 persen dan di Juni 2023 turun menjadi 77,44 persen.
“Penurunan BOPO tersebut didorong oleh kenaikan pendapatan bunga pembiayaan yang naik secara yoy sebesar 65 persen,” kata Stanley kepada Bisnis.
Sementara itu, lanjut Stanley, Operational expenditure (Opex) dan biaya-biaya lain cukup terkendali dengan kenaikan di bawah kenaikan pendapatan bunga.
Adapun, sampai akhir tahun, MUF memproyeksikan BOPO akan terjaga di kisaran 77 persen, dengan tetap mempertahankan pertumbuhan pendapatan bunga dan menjaga biaya-biaya tetap terkendali dengan baik.
“Sampai akhir tahun target pendapatan bunga adalah Rp5,0 triliun. Sementara sampai semester I/2023 lalu telah tercapai Rp2,3 triliun,” tambahnya.
Jika melihat tren yang terjadi di industri, Stanley menilai penurunan BOPO merupakan sinyal yang baik. Artinya, lanjut dia, mayoritas perusahaan pembiayaan semakin efisien dan sehat.
“Sehingga industri pembiayaan diharapkan dapat terus tumbuh dan berkembang dengan baik,” tuturnya.
Hal yang sama juga disampaikan PT Mandiri Tunas Finance (MTF). Anak usaha PT Bank Mandiri (Persero) Tbk. (BMRI) itu juga mencatatkan penurunan BOPO menjadi sebesar 79 persen per Juni 2023
Direktur Mandiri Tunas Finance William Francis mengatakan bahwa pihaknya terus berupaya menurunkan BOPO dengan menjaga kualitas kredit dan juga melakukan efisiensi biaya di beberapa segmen.
Sementara itu, PT BCA Finance juga menyampaikan rasio BOPO perusahaan turun menjadi 36 persen per Juni 2023.
Presiden Direktur BCA Finance Roni Haslim mengungkapkan rasio BOPO perusahaan turun karena pertumbuhan pendapatan yang lebih besar daripada biaya.
“Target akhir tahun untuk BOPO akan flat di 36 persen juga,” pungkasnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel