Siasat Bank Mandiri dan BRI Penuhi Target di Sisa 2023

Bisnis.com,31 Agt 2023, 12:12 WIB
Penulis: Arlina Laras
Nasabah sedang melakukan transaksi di Bank Mandiri Hong Kong Remittance Office - Dok. Bank Mandiri

Bisnis.com, JAKARTA - Sejumlah bank berpelat merah terus berupaya meningkatkan fungsi intermediasi hingga akhir 2023. PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk. (BBRI) dan PT Bank Mandiri (Persero) Tbk. (BMRI) misalnya, perusahaan optimistis penyaluran kredit perbankan dapat tumbuh di kisaran 10 persen hingga 12 persen hingga akhir 2023.  

Corporate Secretary Bank Mandiri Rudi As Aturridha menyampaikan keyakinan atas pertumbuhan ini didasari atas kondisi ekonomi yang membaik dan tren penyaluran kredit perbankan yang terus tumbuh sejak awal 2023.  

“Melalui strategi pengembangan dan optimalisasi bisnis, Bank Mandiri tetap mengedepankan prinsip kehati-hatian agar kualitas kredit tetap terjaga di level yang optimal,” katanya saat dihubungi Bisnis, Rabu (30/8/2023). 

Tercatat, sampai dengan Juli 2023 pertumbuhan kredit Bank Mandiri secara bank only mengalami kenaikan sebesar 10,15 persen menjadi Rp985,34 triliun. 

Adapun, penyaluran kredit Bank Mandiri utamanya didorong oleh sektor-sektor yang menjadi target pertumbuhan sesuai Loan Portofolio Guideline. Salah satunya, sektor pemerintahan, jasa Kesehatan, energi dan air, industri manufaktur, serta beberapa sektor unggulan di wilayah.

Sementara itu, PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk. (BBRI) berupaya menghimpun dana pihak ketiga (DPK).

Direktur Utama BRI Sunarso merespons perlu adanya situasi dengan menyiapkan respons yang strategis utamanya di tengah likuditas perbankan yang ketat

“Tapi kami masih berkomitmen untuk mendorong pertumbuhan kredit sesuai dengan guidance yang kita buat, yang akan tumbuh 10 hingga 12 persen. Sementara, untuk sekarang pertumbuhan kredit BRI masih ada di angka 8,8 persen, ” ujarnya dalam paparan kinerja, Rabu (30/8/2023).

Dirinya menggambarkan pendekatan likuiditas yang digunakan BRI sebagai "just right liquidity," yang artinya likuiditas yang tidak berlebihan namun juga tidak kekurangan. 

Pendekatan ini mengisyaratkan bahwa BRI berusaha menjaga keseimbangan yang tepat antara ketersediaan dana dan penggunaannya, untuk mendukung operasional dan pertumbuhan yang optimal. 

“Menurut saya kalau kita belum bisa menyalurkan kredit secara agresif, ya kita enggak perlu jor-joran cari dana mahal. Tapi, ketika kita bisa menumbuhkan kreditnya dengan baik, maka kita pun harus menyiapkan dananya. Apabila, kreditnya bisa tumbuh melebihi target kita, artinya kita harus lebih hati-hati,” jelasnya.

Untuk sumber likuiditas, prioritas utama pemberian kredit BRI tetap berasal dari dana murah atau current account savings account (CASA). 

“Sumber kedua mungkin non-CASA yaitu deposito. Itu pasti harganya lebih tinggi. Tapi, kalau dari CASA enggak cukup, kemudian dari deposito. Lalu jika dari deposito enggak cukup, kami masih punya treasury asset,” ungkapnya. 

Akan tetapi Sunarso meyakini lebih penting untuk mendorong pertumbuhan kredit daripada terlalu fokus pada upaya mendapatkan dana dengan suku bunga yang lebih tinggi. 

“Dalam situasi likuiditas, jangan ada duit nganggur. Dalam likuiditas yang ketat, duit harus kita dorong agar memberikan arti, berkontribusi dalam pembangunan ekonomi nasional, salah satunya lewat ekosistem yang digerakkan oleh transaksi digital." 

Chief Economist Bank Mandiri Andry Asmoro mengatakan sudah seharusnya pertumbuhan kredit bank-bank BUMN bisa di high single digit sampai low double digit. 

“Saat ini, sektor penyumbang yang masih dominan untuk pertumbuhan kredit ada di sektor berbasis domestik, yaitu perdagangan, F&B, FMCG, perumahan level menengah-bawah,” tutupnya. 

Berdasarkan laporan Uang Beredar dari Bank Indonesia (BI), penyaluran kredit pada Juli 2023 memang tumbuh 8,5 persen atau senilai Rp6.663,6 triliun secara tahunan (year on year/yoy) , setelah bulan sebelumnya tumbuh 7,8 persen yoy, terutama dikontribusikan oleh sektor Jasa Sosial, Pertambangan, dan Jasa Dunia Usaha.

 "Perkembangan ini dipengaruhi sisi penawaran kredit sejalan standar penyaluran kredit perbankan yang masih longgar, sehingga akomodatif terhadap peningkatan pertumbuhan kredit," tulis BI dalam hasil laporannya. 

Pertumbuhan kredit juga dipengaruhi oleh permintaan yang tinggi sejalan pertumbuhan ekonomi yang meningkat. Pembiayaan syariah juga terus meningkat mencapai 17,55 persen (yoy) pada Juli 2023, terutama didorong oleh peningkatan pembiayaan modal kerja.  Di segmen UMKM, pertumbuhan kredit mencapai 7,59 persen (yoy) pada Juli 2023, terutama ditopang oleh segmen mikro.  

Saat ini, Bank Indonesia juga akan memperkuat efektivitas implementasi insentif kebijakan makroprudensial berkoordinasi dengan Pemerintah, perbankan, dan dunia usaha untuk mendorong penyaluran kredit/pembiayaan perbankan pada sektor-sektor hilirisasi (minerba, pertanian, peternakan, dan perikanan), perumahan (termasuk perumahan rakyat), pariwisata, inklusif (termasuk UMKM, KUR), dan ultra mikro (UMi), serta ekonomi hijau.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Simak berita lainnya seputar topik di bawah ini:
Editor: Anggara Pernando
Terkini