Cara Bank Mandiri (BMRI) Siasati Kendala Kolateral UMKM dalam Meraup Kredit

Bisnis.com,31 Agt 2023, 17:42 WIB
Penulis: Fahmi Ahmad Burhan
Nasabah sedang melakukan transaksi di Bank Mandiri Hong Kong Remittance Office - Dok. Bank Mandiri

Bisnis.com, JAKARTA — PT Bank Mandiri (Persero) Tbk. (BMRI) mengandalkan analisis menggunakan sistem digital dalam penyaluran kredit kepada usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM). Hal ini dikarenakan jaminan atau kolateral kerap kali jadi penghambat.

Direktur Hubungan Kelembagaan Rohan Hafas mengatakan kolateral memang kerap kali menjadi penghambat UMKM dalam meraup kredit dari bank. Namun, di era digital yang paling utama adalah database. 

Bank Mandiri pun kemudian mengandalkan credit scoring agar UMKM tak perlu lagi kesulitan menjaminkan asetnya. "Credit scoring akan berjalan," tuturnya dalam forum bisnis di Rapat Kerja Nasional Himpunan Pengusaha Muda (HIPMI) pada Kamis (31/8/2023).

Melalui credit scoring tersebut, data transaksi UMKM akan terlihat sebagai penentu penyaluran kredit. Untuk UMKM, Bank Mandiri juga mengembangkan apkikasi khusus Livin Merchant. "Ini akan bantu sistem keuangannya [UMKM]. Dia otomatis beli ini itu tercatat dan keluar laporan keuangannya," ujar Rohan.

Ia mengatakan Bank Mandiri telah mempunyai 1,2 juta debitur UMKM. Bank Mandiri juga telah menyalurkan kredit UMKM sebesar Rp119,7 triliun pada semester I/2023 tumbuh 8,1 persen secara tahunan (year on year/yoy).

Pencapaian tersebut juga diikuti dengan rasio kredit bermasalah (nonperforming loan/NPL) di segmen UMKM yang terjaga di level 1,5 persen.

Sebelumnya, Menteri Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah RI Teten Masduki mengatakan selama ini pemerintah, otoritas, hingga lembaga jasa keuangan terlalu mengandalkan agunan sebagai jaminan bagi UMKM yang mau memperoleh kredit. Alhasil, banyak UMKM yang masih enggan untuk mendapatkan akses kredit.

Pemerintah pun saat ini gencar mendorong kredit UMKM tanpa kolateral. "Di 145 negara itu akses pembiayaan sudah lakukan credit scoring, agunannya tidak lagi aset fisik," ujarnya.

Ia juga mengatakan pelaku teknologi finansial (fintech) yang saat ini lebih gencar meraup pasar pembiayaan UMKM itu tanpa kolateral. "Mereka [fintech] jauh lebih agresif, Rp2 miliar pun tanpa agunan," kata Teten.

Menurutnya, meski bunga yang dikenakan fintech tinggi, namun UMKM tetap lebih tertarik dapatkan pembiayaan dari penyelenggara jasa keuangan tersebut. "Di UMKM, isunya bukan lagi soal mahal [bunga], tapi mudah," tutur Teten.

Berdasarkan laporan Analisis Uang Beredar yang dirilis Bank Indonesia (BI), kredit UMKM tumbuh positif 7,1 persen yoy pada Juni 2023 menjadi Rp1.303,7 triliun.

Kredit mikro tumbuh paling kencang 39,8 persen yoy menjadi penopang dengan total penyaluran sebesar Rp589 triliun. Sementara kredit segmen usaha kecil dan menengah lesu pada Juni 2023.

Namun, porsi kredit UMKM ini masih minim, yakni 19,64 persen terhadap keseluruhan kredit.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Simak berita lainnya seputar topik di bawah ini:
Editor: Aprianto Cahyo Nugroho
Terkini