Bisnis.com, JAKARTA — Asosiasi Asuransi Jiwa Indonesia (AAJI) menilai bahwa tren penurunan premi tunggal pada perusahaan asuransi jiwa justru baik meskipun penurunan premi tunggal tersebut mempengaruhi kinerja keuangan perusahaan saat ini. Berkurangnya premi tunggal diyakini memberikan dampak yang positif dikemudian hari.
Ketua Bidang Produk, Manajemen Risiko, GCG AAJI Fauzi Arfan mengatakan bahwa umumnya premi tunggal porsi untuk investasinya lebih besar.
“Sementara premi reguler lebih banyak porsi untuk proteksinya. Akibatnya justru positif untuk industri asuransi,” kata Fauzi kepada Bisnis, Kamis (31/8/2023).
Beberapa perusahaan asuransi jiwa sebelumnya mencatatkan penurunan pendapatan premi tunggal pada semester I/2023. Seperti halnya PT Asuransi Jiwa Sinarmas MSIG Tbk. atau Asuransi Sinarmas MSIG Life yang sempat mengalami penurunan pendapatan premi sebanyak 0,9 persen menjadi Rp1,26 triliun pada Januari—Juni 2023 dari Rp1,28 triliun pada semester I/2022.
Head of Customer and Marketing Lukman Auliadi mengatakan penurunan tersebut terjadi lantaran terkontraksinya pencapaian premi untuk produk premi tunggal.
“Namun perlu digarisbawahi bahwa penurunan ini sejalan dengan rencana perusahaan untuk meningkatkan kualitas bisnis Perusahaan dalam jangka panjang dengan lebih berfokus kepada produk premi regular dibandingkan premi tunggal,” kata Lukman kepada Bisnis, Sabtu (19/8/2023).
Lukman menambahkan hal tersebut dapat dilihat dari pendapatan premi untuk produk premi reguler yang mengalami peningkatan sebesar 28,6 persen untuk konvensional dan syariah. Di sisi lain, total klaim dan manfaat konvensional perusahaan mencapai Rp1,3 Triliun.
PT Asuransi Allianz Life Indonesia atau Allianz Life Indonesia juga sempat mengalami penurunan laba setelah pajak pada kuartal I/2023. Dari laporan keuangan perusahaan, jumlah laba setelah pajak yang diperoleh mencapai Rp48,3 miliar atau turun 42,2 persen dibandingkan Rp82,2 miliar pada 2022.
Direktur dan Chief Financial Officer Allianz Life Indonesia Edwin Prayitno mengatakan bahwa penyebabnya karena penurunan premi tunggal.
“Premi tunggal itu pembayaran sekali untuk selama masa pembayaran premi, tapi premi reguler kami yang pembayaran berkala bulanan dan kuartalan itu meningkat. Bisa dibayangkan kan nilai premi tunggal nilainya pasti lebih besar,” kata Edwin saat ditemui di kawasan Jakarta Pusat, Kamis (24/8/2023).
Edwin menjelaskan bahwa peningkatan premi reguler tersebut baik untuk keberlangsungan ke depan. Pasalnya apabila premi tunggal akan berdampak pada fluktuasi nilai unit link karena hanya satu kali dibandingkan kalau bulanan. Maka menurut Edwin risikonya nantinya akan lebih tinggi.
“Jadi kami melihat edukasi ini penting jadi kami mendorong premi reguler untuk dijual,” ungkapnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel