Bisnis.com, JAKARTA— Pakar menyebut tren penurunan premi tunggal atau premi yang dibayarkan di awal pada perusahaan asuransi jiwa merupakan hal yang wajar. Pasalnya produk asuransi jiwa sebagian besar merupakan kontrak jangka panjang.
Ketua Sekolah Tinggi Manajemen Risiko dan Asuransi (STIMRA) Abitani Taim mengatakan produk asuransi jiwa dengan premi reguler biasanya akan mencapai titik impas pada akhir tahun kelima sampai ketujuh.
Di mana tingkat penjualan atau pendapatan yang diperoleh dan modal yang digunakan untuk menghasilkan laba berada dalam posisi yang sama
“Selanjutnya akan terus terjadi surplus keuntungan,” kata Abitani kepada Bisnis, Jumat (1/9/2023).
Abitani mengataman kesehatan keuangan perusahaan asuransi jiwa tidak hanya dilihat dari untung rugi tahun berjalan, tetapi juga dari potensi embedded value atau nilai tertanam yang akan diterima oleh perusahaan.
“Dari sinilah sustainability perusahan terlihat,” katanya.
Di sisi lain, Asosiasi Asuransi Jiwa Indonesia (AAJI) melihat penurunan premi tunggal pada perusahaan asuransi jiwa justru hal yang baik. Meskipun penurunan premi tunggal tersebut mempengaruhi kinerja keuangan perusahaan saat ini.
Ketua Bidang Produk, Manajemen Risiko, GCG AAJI Fauzi Arfan mengatakan umumnya premi tunggal porsi untuk investasinya lebih besar.
“Sementara premi reguler lebih banyak porsi untuk proteksinya. Akibatnya justru positif untuk industri asuransi,” kata Fauzi kepada Bisnis, Kamis (31/8/2023).
Beberapa perusahaan asuransi jiwa sebelumnya mencatatkan penurunan pendapatan premi tunggal pada semester I/2023.
Seperti halnya PT Asuransi Jiwa Sinarmas MSIG Tbk. atau Asuransi Sinarmas MSIG Life yang sempat mengalami penurunan pendapatan premi sebanyak 0,9 persen menjadi Rp1,26 triliun pada Januari—Juni 2023 dari Rp1,28 triliun pada semester I/2022.
Head of Customer and Marketing Lukman Auliadi mengatakan penurunan tersebut terjadi lantaran terkontraksinya pencapaian premi tunggal.
“Namun perlu digarisbawahi bahwa penurunan ini sejalan dengan rencana perusahaan untuk meningkatkan kualitas bisnis Perusahaan dalam jangka panjang dengan lebih berfokus kepada produk premi regular dibandingkan premi tunggal,” kata Lukman kepada Bisnis, Sabtu (19/8/2023).
Lukman menambahkan hal tersebut dapat dilihat dari pendapatan premi untuk produk premi reguler yang mengalami peningkatan sebesar 28,6 persen untuk konvensional dan syariah. Di sisi lain, total klaim dan manfaat konvensional perusahaan mencapai Rp1,3 triliun.
PT Asuransi Allianz Life Indonesia atau Allianz Life Indonesia juga sempat mengalami penurunan laba setelah pajak pada kuartal I/2023. Dari laporan keuangan perusahaan, jumlah laba setelah pajak yang diperoleh mencapai Rp48,3 miliar atau turun 42,2 persen dibandingkan Rp82,2 miliar pada 2022.
Direktur dan Chief Financial Officer Allianz Life Indonesia Edwin Prayitno mengatakan bahwa penyebabnya karena penurunan premi tunggal.
“Premi tunggal itu pembayaran sekali untuk selama masa pembayaran premi, tapi premi reguler kami yang pembayaran berkala bulanan dan kuartalan itu meningkat. Bisa dibayangkan kan nilai premi tunggal nilainya pasti lebih besar,” kata Edwin saat ditemui di kawasan Jakarta Pusat, Kamis (24/8/2023).
Edwin menjelaskan bahwa peningkatan premi reguler tersebut baik untuk keberlangsungan ke depan. Pasalnya apabila premi tunggal akan berdampak pada fluktuasi nilai unit link karena hanya satu kali dibandingkan kalau bulanan.
Maka menurut Edwin risikonya nantinya akan lebih tinggi. “Jadi, kami melihat edukasi ini penting jadi kami mendorong premi reguler untuk dijual,” ungkapnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel