KTNA Yakin Indonesia Bisa Jadi Lumbung Pangan di 2045, Ini Alasannya

Bisnis.com,04 Sep 2023, 17:32 WIB
Penulis: Asep Mulyana
Petani beraktivitas di lahan persawahan di kawasan Teluk Naga, Kabupaten Tangerang, Banten, Senin (17/1/2022). Bisnis/Fanny Kusumawardhani

Bisnis.com, PURWAKARTA—Kontak Tani Nelayan Andalan atau KTNA meyakini jika Indonesia bisa menjadi negara lumbung padi pada 2045 mendatang.

Apalagi petani saat ini juga sudah dikenalkan dengan teknologi, mulai dari teknik budidaya hingga pasca panen. Termasuk, pemanfataan benih unggul berkualitas dan juga benih bioteknologi.

Ketua KTNA Nasional, Yadi Sofyan Noor mengatakan, pihaknya optimistis target pemerintah untuk menjadikan Indonesia sebagai negara lumbung pangan pada 2045 mendatang bisa terealisasi.

Terlebih, selain mengenalkan teknologi kepada para petani, pemerintah juga telah memproyeksikan sejumlah provinsi menjadi sentra pertanian.

"Pemerintah masih punya 23 tahun lagi untuk mewujudkan rencana tersebut," ujar Yadi di Purwakarta, Senin (4/9/2023).

Menurut Yadi, ada beberapa provinsi yang telah diproyeksikan jadi sentral pertanian itu, salah satunya Sulawesi, Sumatera dan juga Kalimantan.

Namun demikian, kata dia, masih terdapat tantangan yang mesti dihadapi dunia pertanian. Salah satu tantangannya, yakni telah tejadinya perubahan iklim yang semakin nyata.

Mulai dari siklus musim yang berubah, hingga kemunculan berbagai penyakit yang membuat tanaman pangan kurang optimal berproduksi. Kondisi ini bisa mempengaruhi sektor pertanian menjadi sulit berkembang.

Oleh karena itu, lanjut dia, sampai saat ini para ilmuwan terus berupaya menciptakan berbagai solusi untuk memenuhi kebutuhan pangan umat manusia, di tengah ancaman krisis iklim tersebut. Salah satunya melalui intensifikasi pertanian termasuk pemanfaatan benih bioteknologi.

Sementara itu, Peneliti Ahli Madya Pusat Riset Hortikultura dan Perkebunan (PRHP) BRIN, Tri Joko Santoso mengatakan, bioteknologi merupakan salah satu jawaban atas masalah-masalah yang dihadapi dalam dunia pertanian.

"Kami, dari BRIN berupaya memanfaatkan bioteknologi yang tujuannya adalah untuk perakitan varietas unggul," ujar Tri.

Salah satu varietas tanaman yang tengah diteliti oleh BRIN saat ini adalah bawang merah dengan fokus perhatian pada  akselerasi perakitan varietas unggul bawang merah berbasis bioteknologi menghadapi dampak perubahan iklim.

Bioteknologi ini ditujukan untuk perbaikan sifat tertentu. Misalnya tahan terhadap penyakit, produktivitas tinggi dan lainnya. Bioteknologi yang digunakan dalam kegiatan ini adalah marka molekuler sebagai alat untuk seleksi klon-klon bawang merah yang membawa sifat yang diinginkan.

Jadi, varietas hasil seleksi molekuler ini nanti aman untuk dibudidayakan. Sehingga, petani bisa menggunakan varietas bawang merah yang sudah ada sentuhan bioteknologinya itu.

"Bioteknologi aman dan sangat diperlukan, bukan hanya oleh petani, tetapi juga oleh peneliti atau pemulia dalam merakit varietas. Petani memanfaatkan varietas yang dihasilkan oleh peneliti atau pemulia," tegas dia.

Contoh lain keunggulan benih bioteknologi adalah benih jagung yang memiliki keunggulan ganda yaitu tahan penggerek batang dan juga herbisida. Dengan keunggulan ganda tersebut, varietas jagung ini akan membuat petani dapat menekan ongkos produksi, meningkatkan kualitas dan kuantitas hasil panen.

Pasalnya, jagung bioteknologi ini dapat meningkatkan hasil sekitar 10--15 persen dibandingkan varietas sama yang non bioteknologi, sehingga apabila ditanam secara luas dapat mendongkrak panen jagung dari rata-rata nasional sebesar 5,3 ton per hektare menjadi sekitar 7 ton per ha.

Benih jagung bioteknologi telah digunakan oleh petani di sejumlah negara di dunia sejak tahun 1990-an. Di Indonesia, varietas jagung ini telah mendapatkan sertifikasi aman pangan, pakan, dan lingkungan oleh BPOM, Kementerian Pertanian dan Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Simak berita lainnya seputar topik di bawah ini:
Editor: Dinda Wulandari
Terkini