Bos WEF Beberkan Kriteria Pemimpin untuk Dunia yang Penuh Gejolak

Bisnis.com,04 Sep 2023, 15:35 WIB
Penulis: Annasa Rizki Kamalina
Pendiri World Economic Forum Klaus Martin Schwab dalam Accelerating Public-Private Cooperation to Achieve a Sustainable and Resilient Asean, di Hotel Sultan, Jakarta, Senin (4/9/2023).

Bisnis.com, JAKARTA – Chairman dan Pendiri World Economic Forum (WEF) Klaus Martin Schwab melihat di dunia baru yang penuh gejolak saat ini, setelah Covid-19 dan dilanjutkan dengan perang Rusia-Ukraina, butuh sosok pemimpin dengan lima kriteria tertentu. 

Schwab mengatakan saat ini dunia memasuki masa baru di mana terdapat banyak transformasi mulai dari ekonomi, geopolitik, teknologi, hingga dari sisi sosial atau kemasyarakatannya. 

“Jenis kepemimpinan apa saja yang kita perlukan di dunia baru yang penuh dengan kerumitan dan ketidakpastian? Saya telah bertemu begitu banyak pemimpin, pada dasarnya ada 5 elemen, yaitu soul, brain, heart, muscle, dan nerve,” jelasnya dalam Accelerating Public-Private Cooperation to Achieve a Sustainable and Resilient Asean, di Hotel Sultan, Jakarta, Senin (4/9/2023). 

Ekonom Jerman tersebut menjelaskan, bahwa soul atau jiwa menggambarkan sosok pemimpin yang perlu visi misi untuk masa depan, bukan hanya sekadar perencanaan strategis. 

Kemudian, pemimpin yang mampu mengatur dunia saat ini tentu harus memiliki brain atau otak yang diimbangi dengan heart atau hati. 

“Sungguh luar biasa jika ada pemimpin yang menunjukkan semangat dan kasih sayang secara bersamaan,” lanjutnya. 

Lebih lanjut, Schwab juga menekankan bahwa seorang pemimpin yang dibutuhkan saat ini harus memiliki unsur muscle atau otot atau kekuatan untuk dapat mentransformasikan visi misinya menjadi aksi nyata. 

“Anda juga harus punya good nerves atau saraf yang kuat, jadi siapa pemipin di dunia ini yang bisa memenuhi kriteria tersebut? Saya tidak akan jawab ini, biarkan anda semua jawab ini,” tuturnya

Sebagaimana diketahui, terlepas dari pandemi Covid-19, saat ini dunia sangat penuh dengan ketidakpastian dengan adanya perang Rusia-Ukraina yang tidak dapat diprediksi kapan akan berakhir

Terlebih, semua negara tengah berusaha menjaga ekonominya saat The Fed terus menaikkan suku bunga acuan sejak tahun lalu

Dari dalam negeri, sebelumnya Menurut Menteri Keuangan Sri Mulyani, mengatakan negara berkembang saat ini masih dibayangi oleh risiko scarring effect dari pandemi Covid-19, juga tensi geopolitik yang masih berlangsung, dan risiko dari pengetatan kebijakan moneter global

Dalam sesi dialog G7 Finance Ministers and Central Bank Governors’ Meeting, pada Mei 2023, Sri Mulyani Indrawati menyampaikan empat tantangan berat yang dihadapi negara berkembang pasca pandemi Covid-19

“Dalam diskusi tersebut, saya sampaikan bahwa negara berkembang masih mengalami risiko scarring effect sebagai dampak pandemi, tensi geopolitik yang terus menguat, dan efek rambatan dari kebijakan pengetatan moneter,” ujarnya. 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Simak berita lainnya seputar topik di bawah ini:
Editor: Aprianto Cahyo Nugroho
Terkini